Ulasan Film Noryang: Deadly Sea, Plot dan Sinematografinya Membius Abis!

Hikmawan Firdaus | Lena Weni
Ulasan Film Noryang: Deadly Sea, Plot dan Sinematografinya Membius Abis!
Poster Film Noryang: Deadly Sea (Viki)

Satu lagi film Korea dengan tema perperangan era Joseon yang tak boleh kamu lewatkan, apa lagi kalau bukan, Noryang: Deadly Sea! Film yang merupakan part ketiga dan terakhir dari trilogi (The Admiral: Roaring Currents dan Hansan: Rising Dragon) garapan sutradara Kim Han Min ini berkisah tentang pertempuran legendaris yang dipimpin oleh laksamana mahsyur Joseon, Yi Sun Shin.

Film bertabur bintang ini bercerita tentang pertempuran di selat Noryang, di mana 3 armada kuat, angkatan laut Dinasti Ming yang bersekutu dengan armada Laksamana Yi (Joseon) melakukan pertempuran sengit melawan armada Jepang. Pertempuran itu terjadi pada tahun 1598, di mana Perang Imjin yang berlangsung selama tujuh tahun hampir berakhir dan penjajah Wae bersiap mundur dari Joseon. Demi menuntaskan perang dan mencegah Jepang kembali ke Joseon, Laksamana Yi Sun-shin memimpin armada sekutu kapal Joseon dan Ming untuk memusnahkan armada Jepang. 

Ulasan:

Di awal film berjalan, alur cerita hanya bergerak dari satu adegan percakapan ke adegan percakapan lainnya. Saya bisa mengerti pemilihan adegan tersebut tak hanya untuk mengisi durasi semata, melainkan untuk memperkenalkan situasi dan para tokoh di dalamnya. 

Namun, mengingat durasinya yang terlalu lama, saya pribadi merasa bosan dan nyaris kehilangan minat terhadap film ini. Satu-satunya yang menahan saya, yakni karena adanya keberadaan para aktor kenamaan yang di mana pada film mereka sebelumnya tidak pernah mengecewakan saya atas akting ataupun film/drama yang pernah mereka bintangi itu sendiri. Keberadaan mereka seolah pertanda kalau film ini layak untuk disimak sampai akhir, begitulah kira-kira! 

Dan benar saja, ketika alur cerita berpindah ke adegan Laksamana Yi yang memerintah dimulainya perang antara armadanya (Korea) dengan armada Jepang, barulah denyut film ini dimulai. Pada babak-babak ini, segala elemen sinematik naik level drastis! Paling moncer adalah efek visualnya. Penonton disuguhkan pemandangan mengagumkan sekaligus mendebarkan dari penampakan armada Jepang, Dinasti Ming dan Laksamana Yi Sun-Shin (Korea). Ribuan kapal perang berisi ribuan prajurit yang dikomando komandan pasukan dan laksamana itu nampak begitu nyata sebab didukung efek visual yang ciamik. 

Cahaya, warna, sudut kamera, sampai camera movement yang diterapkan dalam film ini berhasil meningkatkan emosi dan ketegangan dalam tiap adegannya. Yang paling mencuri atensi saya yakni ketika kamera mengikuti pergerakan karakter prajurit ketika bertempur melawan musuh-musuhnya.

Menurut saya itu unik, sebab tidak pernah saya temukan sebelumnya ada sineas yang mengambil gambar sangat detail dari sudut pandang sederet tokoh kecil di dalam filmnya. Di babak-babak ini pun saya menemukan adanya efek slow motion yang tepat sehingga kian dramatislah suasana perang. Dengan elemen sinematik serta alur cerita yang mengagumkan, Noryang: Deadly Sea adalah film bertema perang asal Korea yang pantang buat kamu lewatkan!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak