Ulasan Film Alice in Wonderland, Ketika Keberanian dan Kegilaan Bertemu di Layar Lebar

Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Ulasan Film Alice in Wonderland, Ketika Keberanian dan Kegilaan Bertemu di Layar Lebar
Foto Film Alice in Wonderland (IMDb)

"Alice in Wonderland" yang rilis pada tahun 2010 merupakan film buatan Sutradara Tim Burton di bawah naungan Walt Disney Pictures, atas kerja sama dengan Roth Films, The Zanuck Company, dan Team Todd.

"Alice in Wonderland" merupakan film live-action yang menggabungkan unsur animasi dan efek visual CGI secara ekstensif.

Meskipun film ini menampilkan aktor dan aktris nyata seperti Johnny Depp dan Mia Wasikowska, banyak karakter dan elemen di dunia Wonderland yang diciptakan menggunakan teknologi CGI untuk menciptakan tampilan yang fantastis dan ajaib.

Film ini mengisahkan perjalanan Alice Kingsleigh (diperankan oleh Mia Wasikowska), gadis muda yang penuh dengan keingintahuan dan keberanian, dan menemukan dirinya kembali (terperosok) ke dalam Wonderland, sebuah dunia aneh yang pernah dikunjunginya di kala kanak-kanak.

Di Wonderland, Alice bertemu kembali dengan karakter-karakter ajaib seperti Mad Hatter (Johnny Depp), Red Queen (Helena Bonham Carter), dan White Queen (Anne Hathaway). Dalam perjalanan ajaibnya, Alice mau nggak mau harus menemukan keberaniannya untuk menghadapi rintangan-rintangan yang mengujinya. 

Ulasan Film Alice in Wonderland

Tim Burton, dengan gaya visualnya yang unik juga aneh, membawa "Alice in Wonderland" ke layar lebar dengan kekayaan estetika yang layak dipuji.

Setiap adegan di dalam film sangat memanjakan mata, diwarnai dengan palet warna yang cerah tapi juga misterius. Kurasa Tim Burton berhasil mencampurkan elemen-elemen klasik dari dongeng Carroll dengan sentuhan modern yang segar. 

Nggak cuma visual, tapi Film Alice in Wonderland berhasil menyampaikan pesan-pesannya dengan tepat sasaran. 

Pertama, Alice, sebagai tokoh utama, menghadapi tantangan untuk menemukan dan memahami ‘siapa dirinya dan untuk apa dirinya masuk ke dunia ajaib itu’, sampai-sampai dirinya mengalami transformasi yang positif.

Di satu sisi, filmnya juga menyoroti pentingnya menerima siapa diri kita dan menemukan keberanian untuk menjadi diri sendiri di tengah berbagai ekspektasi dan norma sosial (di dunia nyata Alice).

Ditambah dengan scene demi scene pertemuan Alice dengan karakter-karakter seperti Kelinci Putih, Mad Hatter, dan Cheshire Cat.

Setiap karakter yang Alice jumpai, memberikan wawasan dan pelajaran berharga kepada Alice, baik secara langsung maupun melalui interaksi.

Misalnya, Mad Hatter yang eksentrik, mengajarkan bahwa kegilaan belum tentu gila sungguhan, sementara Cheshire Cat dengan senyum misteriusnya mewakili pemahaman tentang sifat ambiguitas kehidupan.

Selain itu, dalam pengalaman Alice di Wonderland, pertanyaan tentang etika dan tanggung jawab muncul dalam berbagai bentuk.

Misalnya, bagaimana menangani kekuasaan otoriter seperti yang diwakili oleh Queen of Hearts? Kemudian, apakah kejujuran dan kebaikan selalu dihargai? Pertimbangan-pertimbangan ini menantang Alice dan penonton, untuk merenung, bagaimana sikap dan tindakan ‘kita’ dapat memengaruhi dunia di sekitar mereka.

Meskipun "Alice in Wonderland" sering dipandang sebagai cerita anak-anak, keberadaan tema-tema moral yang kompleks menjadikannya relevan bagi semua usia.

Namun, kendatipun hal positif dari film ini cukup mendominasi, tapi terima nggak terima, bagiku film ini terlalu fokus pada efek visualnya semata, sehingga mengorbankan kedalaman karakter dan pengembangan plot yang seharusnya bisa lebih seru dan dalam.

Biarpun begitu, pengalaman sinematik yang ditawarkan oleh "Alice in Wonderland" sangat memikat dan menghibur. 

Dengan segala pertimbangan, skor dariku: 7/10. Buatmu yang belum nonton, dan sekarang ingin nonton karena kepo kisahnya, maka jangan nunggu lama-lama. Selamat nonton ya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak