Ketika berbicara tentang masa remaja, sebenarnya tidak pernah terlepas dari cerita-cerita seputar sekolah, pertemanan, hubungan romansa, hingga perjuangan meraih cita-cita. Dalam karya fiksi pun, tema yang diangkat biasanya tidak jauh-jauh dari pembahasan tersebut.
Termasuk salah satu novel remaja karya Ken Terate yang berjudul 'Jurnal Jo' ini. Novel ini menceritakan tentang keseharian Josephine Wilisgiri, atau yang akrab disapa Jo ini.
Ia memang hanyalah seorang remaja biasa usia 12 tahun yang baru menginjak bangku SMP. Namun segala pergolakan batin hingga pertanyaan-pertanyaan mengenai masa transisi yang ia alami sebagai remaja mengundang pengalaman yang seru untuk disimak.
Mulai dari banyaknya larangan dan pembatasan dari orangtua, kehilangan sahabat, harus ikut geng gaul agar tidak dianggap kuper, tidak punya pacar berarti tidak keren, dan sederet aturan tidak tertulis lain yang membuat Jo merasa bahwa menjadi remaja itu sungguh merepotkan.
Kalau bisa memilih, ia ingin kembali ke masa-masa SD ketika ia bebas bermain dan menjadi dirinya sendiri.
Tapi di lain sisi, masa-masa SMP Jo juga tidak buruk-buruk amat. Ia adalah anak yang rajin, tekun, dan amat loyal pada orang lain. Selain itu, ia juga hobi menulis di blog.
Uneg-uneg yang ia tumpahkan dalam tulisan di blog itu menurut saya adalah sebuah ungkapan kejujuran khas remaja yang bisa mewakili isi hati anak-anak seusianya. Dan Jo selalu bisa menemukan sisi positif dari kejadian-kejadian yang ia alami.
Sayangnya ia tidak menyadari bahwa selama ini ia ternyata cukup punya potensi di bidang sastra. Ia anak yang berbakat tapi sering merasa insecure karena berada di circle yang salah.
Tapi untunglah, novel ini berakhir happy ending. Jo bisa terlepas dari belenggu pertemanan yang toxic, dan menjalin persahabatannya kembali yang sempat retak.
Secara umum, novel ini sangat menarik karena tokoh Jo ini adalah cerminan sosok remaja yang sangat realistis. Mungkin saya akan sangat terinspirasi dengan karakternya andai saja saya membaca novel ini ketika berada di fase usia yang sama dengan Jo.
Namun, meskipun Jurnal Jo adalah novel remaja, tapi saya pikir novel ini masih cocok dibaca oleh orang dewasa sekalipun. Sebab, ada banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dipetik.
Sebagai penulis, Ken Terate juga sangat piawai dalam mengangkat sebuah tema cerita yang ringan tapi tetap menghibur dan sarat akan pembelajaran.
Tidak melulu hanya membahas kisah romansa ala remaja sebagaimana novel-novel remaja lainnya. Tapi novel ini membahas kehidupan remaja dengan pendekatan yang lebih umum, seperti kehidupan sekolah dan pertemanan.
Bagi kamu yang saat ini sedang berada di fase remaja, atau mungkin ingin kembali flashback dengan masa-masa remaja yang penuh warna, maka novel ini bisa menjadi bacaan ringan yang akan menghiburmu!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.