Siapa yang tidak mengenal sosok Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Republik Indonesia yang ketiga ini ternyata memiliki sisi yang unik dan mungkin tidak semua orang tahu. Lewat buku biografi yang ditulis oleh A. Makmur Makka ini, kita bisa melihat sisi lain B. J. Habibie lebih dekat.
Identitas Buku
Judul Buku: Habibie: Kecil tapi Otak Semua
Penulis: A. Makmur Makka
Penerbit: edelweiss
Jumlah Halaman: 355 Halaman
Ulasan Buku Biografi ‘Habibie: Kecil tapi Otak Semua’
Menurut penulisnya sendiri, buku ini berisi penggalan-penggalan cerita menarik tentang keseharian B. J. Habibie dalam menghadapi dan menanggapi berbagai situasi. Sejumlah kisah yang terdapat di dalam buku ini bisa membuat pembaca tersenyum, sehingga tidak berlebihan jika beberapa cerita merupakan anekdot.
Buku yang terpecah menjadi sembilan tema utama ini akan mengupas apa yang tidak kita ketahui dari sosok B. J. Habibie. Perbedaan antara buku ini dengan buku biografi atau yang sejenisnya terletak pada setting atau nuansa. Kisah dalam buku ini tidak disajikan secara berututan sesuai kronologis, tetapi dibagi berdasarkan tema-tema tertentu.
Penulis mengungkapkan bahwa beberapa kisah yang terdapat di dalam buku ini adalah kisah yang ia alami sendiri, beberapa di antaranya dikutip dari berbagai sumber. Kisah hidup B. J. Habibie mulai dari masa kecil sampai bertemu dengan Ibu Ainun, diceritakan dengan seru dan menarik lewat buku ini.
Sembilan tema utama yang diceritakan dalam buku ini antara lain:
- Masa Kecil, Mahasiswa, dan Dirantau
- Kebijakan dan Gagasan
- Manusia Habibie
- Ilmuwan dan Makhluk Politik?
- BJH dan Ainun Beserta Keluarga
- BJH dan Kesenian
- BJH dan Soeharto
- Anak Intelektual dan ICMI
- Saya dan Habibie
Lewat buku ini, aku jadi tahu bagaimana gambaran sosok B. J. Habibie saat kecil. Rupanya beliau ‘anak rumahan’ alias lebih senang belajar dan bermain di dalam rumah daripada di luar rumah seperti anak-anak lainnya. Bahkan kakak tertua B. J. Habibie saja sampai harus berusaha keras membujuk adiknya ini untuk bermain di luar. Sangat kontras dengan adik B. J. Habibie yang justru harus diingatkan untuk pulang setelah bermain di luar sampai lupa waktu.
Halaman awal buku ini juga mencantumkan beberapa foto yang memuat B. J. Habibie. Salah satu foto yang membuat aku salah fokus adalah foto yang memperlihatkan kondisi meja kerja beliau yang penuh dengan replika atau minatur pesawat terbang, sampai tidak ada ruang lain untuk sekadar meletakkan pulpen!
Aku jadi mengetahui banyak kisah hidup B. J. Habibie yang baru yang sebelumnya tidak pernah aku ketahui dari buku atau film beliau. Beberapa cerita di buku ini juga ada yang ditampilkan di film Habibie dan Ainun yang sempat tayang dulu.
Buku ini cocok dibaca untuk orang-orang yang ingin mengenal sosok B. J. Habibie lebih dekat, meskipun hanya sekadar melalui tulisan. Karya dan sumbangsih beliau terhadap kemajuan teknologi Indonesia akan abadi, walaupun pada perjalanannya beliau sendiri sempat mengatakan ‘kehilangan momentum’ karena satu dan lain hal.
Selamat membaca!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS