Women In Translation Month, Menjelajahi Dunia Perempuan melalui Buku

Hernawan | Raissa Bilqis
Women In Translation Month, Menjelajahi Dunia Perempuan melalui Buku
Tumpukan buku (unsplash.com/Alexandra Fuller)

Bulan Agustus, jagat literasi selalu diramaikan dengan peringatan Women in Translation month atau yang sering kita lihat dengan tagar #WITMonth. Kesempatan ini selalu dijadikan ajang untuk mengeksplorasi karya-karya penulis hebat wanita dari seluruh penjuru dunia. Dengan berbagai latar belakang dan tema, buku-buku #WITMonth kaya akan rasa dan penuh warna. Yuk kita ulas beberapa karya penulis wanita dari penjuru dunia dan mungkin bisa membantu pembaca untuk menemukan bacaan untuk bulan ini!

1. My Brilliant Friend

My Brilliant Friend (instagram.com/europaeditionsuk)
My Brilliant Friend (instagram.com/europaeditionsuk)

Elena Ferrante, penulis jenius yang lahir di Napoli, Italia. Ia terkenal dengan karyanya yang memang berfokus pada perjalanan hidup perempuan yang pelik. Meskipun dirinya seringkali tidak menampilkan nama dan identitasnya secara gamblang, tetapi karya-karyanya telah berulang kali memenangkan penghargaan internasional dan mendapat pengakuan luas. Salah satu bukunya My Brilliant Friend menduduki posisi pertama dalam Best Books of the 21st Century menurut The New York Times Book.

My Brilliant Friend mengisahkan tentang proses pendewasaan yang menyentuh hati. Menyelami persahabatan Elena dan Lila yang intens, kisah mereka berlatar di Napoli tahun 1950-an, novel ini dengan sangat baik mengangkat kompleksitas pertumbuhan mereka, perjuangan identitas sebagai perempuan, hingga lika-liku menjalani kehidupan sosial. Ferrante sangat mahir dalam menghidupkan karakter-karakternya, menjadikan buku ini sebagai bacaan yang relevan dan menarik dibaca bagi siapa pun yang tertarik pada karakter dan kekuatan persahabatan perempuan.

2. The Woman Destroyed

The Woman Destroyed (instagram.com/pantheonbooks)
The Woman Destroyed (instagram.com/pantheonbooks)

Masih seputar novel yang mengangkat tema tentang identitas wanita serta harapan masyarakat yang dibebankan kepada wanita. Kali ini Simone de Beauvoir, seorang filsuf eksistensialis, penulis, ahli teori sosial, dan aktivis feminis Prancis dengan karyanya The Woman Destroyed.

Cerita ini menyusuri perjalanan tiga perempuan yang menjalani cinta, kehilangan, dan identitas. Masing-masing bergulat dengan batasan peran mereka. Penceritaan Beauvoir yang hidup dan wawasan filosofis beliau membuat buku ini menjadi bacaan yang cukup memantik pemikiran, namun masih bisa dinikmati. Novel ini menyajikan eksplorasi yang kuat tentang kondisi manusia, menggali tema-tema cinta, kehilangan, serta pencarian jati diri.

3. Elena Knows

Elena Knows (instagram.com/charcopress)
Elena Knows (instagram.com/charcopress)

Berlanjut pada fase kehidupan selanjutnya, Claudia Piñeiro dengan karyanya Elena Knows. Novel ini mengupas kompleksitas perjalanan hidup seseorang yang mulai memasuki masa tuanya, penyakit, serta hubungan ibu dan anak. Cerita ini mengikuti Elena, seorang wanita tua yang lemah dengan penyakit Parkinson, saat ia memulai perjalanan panjang nan sulit untuk mengungkap kebenaran di balik kematian putrinya, Rita.

Kita seakan diajak untuk menyusuri jalanan Buenos Aires bersama Elena dalam perjalanan dan pelajaran di balik kematian Rita. Novel ini merupakan bukti kemampuan Piñeiro akan keahliannya mengeksplorasi tema-tema yang mendalam. Sangat cocok untuk dibaca dan dijadikan refleksi dalam perjalanan menempuh kehidupan manusia menuju masa tua.

Dari ketiga novel tersebut, semuanya mampu membahas dan menyajikan persoalan wanita yang kerap tersingkirkan dalam dunia literasi. Tidak ada salahnya untuk membaca salah satu novel di atas dan menjelajahi karya wanita-wanita hebat yang lain dari berbagai belahan dunia dalam rangka menyambut Women in Translation Month. Selamat membaca!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak