The 8th Night, Film Horor Korea tentang Kultus dan Mitologi Kaum Buddha

Hayuning Ratri Hapsari | Lena Weni
The 8th Night, Film Horor Korea tentang Kultus dan Mitologi Kaum Buddha
Poster Film The 8th Night (Netflix)

Apa jadinya kalau makhluk mitologi yang dipercaya akan mengubah dunia jadi neraka oleh sebagian kaum beragama, mendadak menunjukkan tanda-tanda keberadaannya?

Tentunya, akan membuat kaum yang memercayainya berusaha mencegah misi makhluk mitologi tersebut, kan! Itulah kiranya garis besar dari latar belakang kisah dalam film The 8th Night, yakni film horor thriller kultus asal Korea Selatan yang diarahkan Sutradara Kim Tae-hyun dan turut dibintangi aktor Nam Da-reum dan Lee Sung-min. 

Film ini mengisahkan pertempuran hidup atau mati seorang biksu dengan kemampuan supranatural yang ditugaskan untuk mencegah kebangkitan sesosok makhluk mitologi yang hendak mengubah dunia jadi neraka.

Menurut kepercayaan kaumnya, sosok makhluk mitologi itu akan mencari 8 anak cucu pengikutnya yang akan menjadi batu pijakan untuknya bersatu kembali dengan kekuatannya. Proses itu tadi akan berlangsung selama delapan hari dan sebelum hari kedelapan berakhir, sang biksu harus membunuh setidaknya satu batu pijakan si makhluk mitologi. 

Ulasan Film The 8th Night

Terlepas dari ada tidaknya keberadaan mitologi dan teologi yang membelatarbelakangi kisah dalam film The 8th Night ini di dunia nyata, saya tetap menyukainya, sekalipun mitologi yang dimaksud juga bagian dari karangan sang penulis naskah.

Sebab, dengan pemilihan latar belakang kisah yang demikian mampu membuat pondasi cerita jadi terasa lebih kuat, lebih dalam dan lebih mistis dari kebanyakan film horor yang tidak menggunakan mitologi ataupun mitos populer yang beredar di masyarakat. Hal itu sudah menjadi nilai tambah untuk film The 8th Night

Konsep carita yang kuat ini untungnya berhasil divisualisasikan dengan tepat sehingga kesan suram, sunyi dan meneror merasuk ke penontonnya. Alur cerita film ini terbilang cukup lambat.

Di awal sampai pertengahan cerita, kedua tokoh protagonis di film ini nyaris tidak bertindak saat sosok iblis mulai gencar menebar teror mengerikan. Perwatakan terkesan tak imbang dan untuk saya pribadi jadi sulit untuk men-jago-kan karakter protagonisnya.  

Ada beberapa karakter lain pula yang kurang mendapat ruang, sehingga keberadaannya terkesan tak perlu ada di dalam cerita. Misal pada karakter polisi di film ini, awalnya saya kira ia akan sama berperannya seperti karakter polisi di film The Wailing, ternyata karakternya cuma bergerak untuk merasakan kebingungan di sepanjang jalan cerita, kemudian mati dengan cara mengenaskan.

Karakter yang kurang dieksplor demikian amat sangat disayangkan, sih! Film ini juga menyajikan plot twist sehingga cocok buat disaksikan oleh kamu yang menyukai film dengan sederet kejutan di dalamnya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak