Ulasan Film Crooked House, Ungkap Misteri Pembunuhan Konglomerat Inggris

Hayuning Ratri Hapsari | Rosetiara Sahara
Ulasan Film Crooked House, Ungkap Misteri Pembunuhan Konglomerat Inggris
Crooked House (IMDb)

"Crooked House" adalah film misteri yang diadaptasi dari novel karya Agatha Christie yang diterbitkan pada tahun 1949.

Film ini disutradarai oleh Gilles Paquet-Brenner dan dibintangi oleh Max Irons, Stefanie Martini, Glenn Close, Terence Stomp hingga Gillian Anderson.

Sinopsis

Film ini mengikuti kisah seorang detektif muda, Charles Hayward ( Max Irons), yang diminta oleh mantan kekasihnya, Sophia (Stefanie Martini), untuk menyelidiki kematian kakeknya, Aristide Leonides, seorang konglomerat Inggris.

Kematian ini awalnya dianggap sebagai serangan jantung biasa. Namun, penyelidikan lebih lanjut diketahui bahwa Leonides tewas karena suntikan insulin yang biasa ia gunakan, dicampur dengan racun eserin.

Keluarga Leonides, yang terdiri dari tiga generasi dengan berbagai karakter dan latar belakang, menjadi pusat penyelidikan. Setiap anggota keluarga Leonides dicurigai karena memiliki motif untuk membunuhnya, mulai dari dendam pribadi karena tertindas oleh sikap Leonides, hingga ambisi finansial.

Selama penyelidikan, kecurigaan pertama jatuh pada istri kedua Leonides, Brenda (Christina Hendricks), yang lebih muda dan diduga menikahi Leonides demi uangnya. Ia dicurigai karena ia yang menyuntikan insulin untuk Leonides di malam itu.

Kecurigaan semakin kuat setelah ditemukan surat cinta antara Brenda dan Laurence Brown (John Heffernan), guru dari Josephine, cucu termuda Leonides, dalam surat tersebut juga terungkap bahwa Brenda berniat untuk membunuh Leonides. Dengan temuan tersebut, Brenda dan Laurence pun akhirnya ditangkap.

Namun, konflik semakin memanas tatkala surat wasiat Leonides dibacakan dan terungkap bahwa Leonides mewariskan hartanya, sebagian untuk Brenda dan sebagian lagi untuk Sophia, Sophia pun akhirnya juga dicurigai.

Suatu saat pengasuh anak di rumah tersebut, juga ditemukan tewas setelah minum cokelat panas yang mengandung sianida.

Kecurigaan kemudian beralih ke Lady Edith (Glenn Close), adik dari istri pertama Leonides,yang ternyata memiliki simpanan sianida di gudangnya.

Namun lambat laun, terungkap bahwa pembunuh sebenarnya adalah Josephine, cucu Leonides, yang masih berusia 12 tahun. Josephine, melalui tulisan di buku hariannya, mengaku telah membunuh kakeknya hanya karena kesal tidak diizinkan mengikuti les balet.

Selain itu, ia juga mengungkap bahwa ia pula yang telah membunuh si pengasuh, karena si pengasuh pernah mencurigainya. Dan soal temuan surat cinta antara Brenda dan Laurence, Josephine pula yang telah merencanakan hal tersebut.

Lady Edith, bibi Josephine, yang mengetahui hal tersebut karena telah membaca buku harian Josephine, berusaha untuk melindungi Josephine.

Di akhir film, Edith membawa Josephine, dan memutuskan untuk bunuh diri bersama dengan mengemudikan mobil ke jurang. Hal ini Edith lakukan untuk agar rahasia tersebut tak terbongkar dan tetap menjaga reputasi keluarga Leonides.

Ulasan Film Crooked House

Salah satu hal yang paling menarik dari film ini, menurut saya, adalah penggambaran suasana era 1940-an. Dari kostum, properti, hingga cara para karakter berbicara dan berperilaku, film ini berhasil membawa penonton kembali ke masa itu.

Dari segi akting, film ini menampilkan cast yang solid dengan deretan aktris dan aktor seperti Max Irons, Glenn Close dan Gillian Anderson.

Mereka semua memainkan peran dengan baik, terutama Glenn Close yang memerankan Lady Edith, karakternya begitu tegas dan memiliki aura misterius. Gillian Anderson juga tampil menonjol dengan gayanya yang dramatis, sesuai untuk karakter sosialita eksentrik.

Namun, menurut saya, karakter detektif Charles Hayward, meskipun Max Irons memerankan karakternya dengan baik, karakternya sendiri, tampak kurang memiliki karisma atau intensitas yang diperlukan untuk membawa cerita ini.

Seharusnya, sebagai tokoh detektif yang mengarahkan penyelidikan, Charles perlu lebih menonjol dan mempunyai kepribadian yang tajam, di sini, karakternya terkadang terasa sangat datar, bahkan acapkali tampak kebingungan sendiri.

Visual film ini juga patut dipuji, nuansa klasik dan gothic dari bangunan, dengan langit-langit tinggi, lorong-lorong gelap, ornamen antik, dan ruangan-ruangan besar yang serba mewah, benar-benar mendukung aura misterius. Setiap sudut rumah ini seperti menyimpan rahasia tersendiri.

Plot film ini tetap setia pada struktur dasar misteri ala Agatha Christie, ada sekelompok orang yang penuh rahasia, ada satu orang yang tiba-tiba terbunuh, dan setiap orang punya lapisan motif yang berbeda-beda untuk membunuh.

Ini formula klasik yang hampir selalu bekerja untuk menarik perhatian penonton.

Namun, dibandingkan adaptasi Agatha Christie yang lebih populer seperti Murder on the Orient Express, A Haunting In Venice atau  Death on the Neil, film ini cenderung terasa kurang menonjol dari segi eksekusi.

Pacingnya memang lambat, tapi itu memungkinkan kita untuk mengenal setiap karakter lebih dalam. Kita sebagai penonton akan diajak melihat, bagaimana hubungan antara anggota keluarga Leonides yang semakin rusak seiring penyelidikan berlangsung.

Akan tetapi, pacing yang lambat ini bisa menjadi kekurangan dalam film ini. Pada beberapa momen, terutama di pertengahan film, ketegangan yang seharusnya terbangun secara konsisten terkadang melambat, dengan beberapa bagian yang terasa berlarut-larut, hal ini membuat penonton mungkin kehilangan sedikit antusiasme.

Salah satu bagian yang paling ditunggu dalam film misteri, tentu saja adalah plot twist-nya. Sebagai film adaptasi dari Agatha Christie, tentunya ada elemen twist di akhir yang membuat penonton terkejut.

Tapi, untuk penonton yang terbiasa menonton film-film misteri dengan alur yang lebih rumit, twist di sini mungkin terasa gampang untuk ditebak. Apalagi jika kita memperhatikan setiap detail yang ada sepanjang film.

Misalnya, jika kita memperhatikan tingkah laku Josephine, mulai dari kebiasaannya mencatat setiap rahasia keluarganya, yang tak lazim dilakukan oleh anak usia 12 tahun, hingga ekspresi rasa senangnya saat ia mengetahui surat cinta Brenda dan Laurance di temukan, kemungkinan kita bisa menebak bahwa ia pelakunya sebelum klimaks terjadi.

Selain itu, menurut saya, motif dari Josephine sendiri terasa kurang dramatis.

Kesimpulannya, Crooked House adalah film misteri yang tetap menyenangkan untuk ditonton, terutama jika kamu penggemar karya Agatha Christie, walaupun bukan yang terbaik di antara adaptasi Agatha Christie lainnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak