Ulasan Film The Lighthouse: Kisah Suram Penjaga Mercusuar yang Terisolasi

Hayuning Ratri Hapsari | Rosetiara Sahara
Ulasan Film The Lighthouse: Kisah Suram Penjaga Mercusuar yang Terisolasi
The Lighthouse (IMDb)

The Light House, adalah film horor psikologi yang dirilis pada tahun 2019 dan disutradari oleh Robert Eggers.

Film ini menghadirkan Robert Pattinson dan Willem Dafoe sebagai karakter utama, dua penjaga mercusuar yang terisolasi di sebuah pulau terpencil selama badai berlangsung.

Sinopsis

Film ini hanya berfokus pada dua karakter utama, Ephraim Winslow (Robert Pattinson), seorang pria muda yang baru bekerja sebagai asisten penjaga mercusuar, dan Thomas Wake (Willem Dafoe), seorang penjaga mercusuar tua misterius dan keras kepala. Mereka berdua dikirim untuk menjaga mercusuar di pulau terpencil.

Awalnya, film ini hanya menampilkan rutinitas harian mereka yang monoton, dan perlahan-lahan memengaruhi mental keduanya, terutama mental Winslow.

Wake memegang kendali penuh dan sering meremehkan Winslow, memaksanya melakukan pekerjaan kasar, sementara ia hanya melakukan pekerjaan ringan, seperti mengisi buku laporan dan menjaga lampu mercusuar yang Wake lindungi secara obsesif.

Wake memiliki kebiasaan aneh, ia sering menghabiskan waktu di ruang lampu mercusuar. Ia juga melarang keras Winslow untuk memasuki ruang tersebut, hanya Wake yang boleh memasukinya. Larangan ini, tentu saja memantik rasa penasaran Winslow, ia jadi terobsesi untuk memasuki ruang tersebut.

Sementara itu, Winslow mulai mengalami halusinasi, seperti melihat putri duyung, monster laut dan burung camar bermata satu yang tampaknya mengawasi setiap gerakannya.

Suatu ketika, Winslow membunuh seekor burung camar, yang oleh Wake dianggap sebagai pembawa sial.

Wake pernah menasehati Winslow agar ia tidak mengganggu atau membunuh burung-burung camar di pulau tersebut. Namun Winslow tak mempercayai nasihat Wake, dan hanya menganggapnya sebagai dongeng.

Sejak saat itu, cuaca di pulau menjadi semakin buruk dengan badai besar yang menghancurkan persediaan mereka dan membuat mereka terisolasi lebih lama dari rencana awal.

Untuk melarikan diri dari tekanan, mereka mulai mengkonsumsi alkohol yang tentu saja semakin memperburuk keadaan mental mereka.

Puncak konflik terjadi ketika Winslow tak sengaja menemukan buku laporan yang ditulis oleh Wake. Dalam buku tersebut Wake menuliskan bahwa Winslow tak kompeten dalam bekerja dan merekomendasikan agar Winslow tak diberikan upah.

Winslow yang sebenarnya sangat marah dan frustasi pada Wake, mencoba untuk tetap tenang. Ia rela dirinya tak diberi upah, namun ia memiliki satu permintaan pada Wake, untuk bisa memasuki ruang mercusuar tersebut.

Tentu saja hal tersebut tak disetujui oleh Wake, bahkan Wake mencaci dan menyalahkan Winslow karena telah membunuh burung camar, yang menyebabkan mereka terjebak dan terkutuk di pulau tersebut.

Winslow yang semakin emosi, akhirnya menyerang Wake dengan kampak hingga Wake meregang nyawa. Setelah itu, Winslow naik ke ruang mercusuar. Namun nahas, Winslow terjatuh dari atas mercusuar dan menghujam ke bebatuan.

Winslow pun tewas seketika, tubuhnya yang tak bernyawa dipatuk oleh beberapa burung camar. Hal ini merupakan akhir yang tragis, obsesinya justru membawanya pada kematian.

Ulasan Film The Lighthouse

The Lighthouse, adalah sebuah film yang berani dan menantang, dengan pendekatan visual yang unik serta kisah yang menggali sisi terdalam psikologi manusia.

Salah satu hal paling mencolok dari film ini adalah aspek sinematografinya. Film ini disajikan dalam rasio 1.19:1 yang sangat sempit, dengan warna hitam-putih yang memperkuat nuansa suram.

Gambar-gambar yang dihasilkan terasa seperti berasal dari zaman film klasik, namun dengan intensitas modern yang menggigit.

Kontras visual ini menambahkan lapisan estetika yang kuat pada film, membuat penonton merasa seperti terjebak bersama karakter-karakter ini di mercusuar terpencil.

Hal yang membuat The Lighthouse begitu menarik adalah eksplorasi tema psikologisnya. Ini bukan film horor biasa yang menakut-nakuti penonton dengan jump-scares.

Sebaliknya, film ini menggali dalam ke dalam kegilaan manusia, terutama saat terisolasi dan berada dalam situasi yang penuh tekanan.

Film ini juga memiliki referensi dari mitologi Yunani, yang berkaitan dengan dua tokoh, Prometheus dan Proteus. Proteus adalah dewa laut yang seringkali menyimpan pengetahuan atau ilmu berharga, tidak ingin memberikannya kepada orang lain.

Dalam film ini, karakter Thomas Wake, adalah sebagai representasi dari Proteus. Lampu mercusuar, merupakan lambang dari ilmu dan pengetahuan yang ia jaga.

Sementara itu, Prometheus dikenal karena mencuri api dari para dewa untuk diberikan kepada manusia, yang merupakan simbol pengetahuan.

Sebagai hukuman, Zeus merantainya pada batu dan mengirimkan seekor elang untuk memakan hatinya setiap hari.

Di The Lighthouse, kejadian yang dialami Winslow bisa dilihat sebagai pengulangan nasib Prometheus. Ia berusaha untuk mengungkap misteri yang tersembunyi di puncak mercusuar dan mengalami konsekuensi tragis yang serupa dengan hukuman Prometheus.

Dari segi cerita, film ini jelas tidak mengikuti formula konvensional dalam bercerita. Dialog-dialog panjang antara Wake dan Winslow sering kali dipenuhi dengan absurditas.

Film ini juga tak memberi banyak jawaban pasti. Kamu tak pernah benar-benar tahu apakah yang terjadi itu nyata atau sekedar halusinasi dari pikiran karakter yang semakin kacau.

Hal ini bisa jadi membuat frustasi untuk sebagian penonton, tapi untuk penonton yang suka film-film yang lebih ke arah eksperimental dan banyak bermain di wilayah abu-abu antara realitas dan ilusi, The Lighthouse adalah salah satu contoh yang brilian, yang asyik untuk ditonton.

Satu hal yang tak boleh dilupakan, adalah akting kedua aktornya yang sangat solid. Willem Dafoe sebagai Thomas Wake sangat memikat dengan dialeknya yang kasar dan gaya bicaranya yang teatrikal, karakternya nampak lucu di awal film, namun semakin lama semakin menakutkan.

Di sisi lain, Robert Pattinson memberikan penampilan yang intens sebagai Winslow, seorang pria yang perlahan-lahan kehilangan pegangan pada kenyataan. Dinamika antara kedua karakter ini menjadi inti dari film, dan penampilan mereka memberikan lapisan emosi yang kompleks.

Secara keseluruhan, The Lighthouse adalah film yang tak mudah untuk dinikmati oleh semua orang karena pendekatannya yang lambat dan penuh simbolisme, tetapi bagi mereka yang menyukai film dengan lapisan makna dan simbolisme, film ini sangat menarik untuk ditonton.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak