Menyelami Pergulatan Batin dalam Lagu '1x1' Milik Bring Me the Horizon

Hayuning Ratri Hapsari | Rosetiara Sahara
Menyelami Pergulatan Batin dalam Lagu '1x1' Milik Bring Me the Horizon
Bring Me the Horizon (Instagram/bmth_italy_)

Bring Me The Horizon atau yang biasa disingkat sebagai BMTH adalah band rock asal Sheffield, South Yorkshire, Inggris yang dibentuk pada tahun 2004.

Band ini sekarang terdiri dari Oliver Sykes (vokalis), Matt Kean (bassis), Lee Malia (gitaris), dan Matt Nicholls (drummer). Jordan Fish juga pernah bergabung dengan band sebagai keyboardist sejak tahun 2012, namun memutuskan keluar pada Desember 2023 silam.

Pada awal karier, band ini mengusung genre deathcore yang kental, seperti yang terlihat pada album debut mereka Count Your Blessings (2006).

Namun, seiring waktu, BMTH mulai mengubah arah musik mereka, mengambil elemen dari berbagai genre seperti metalcore, rock, elektronik dan pop, untuk menciptakan suara yang lebih luas dan inklusif.

Dalam musiknya, BMTH juga sering kali membahas tema tentang kesehatan mental dan perjuangan pribadi, salah satu lagu yang membahas tema tersebut adalah '1x1' yang merupakan bagian dari album Post Human: Survival Horor (2020) dan menampilkan kolaborasi dengan Nova Twins.

Dikutip dari Songtell pada Rabu (9/10/2024) lagu ini menggambarkan pergulatan batin sang narator, ia merasa terjebak dalam trauma masa lalu dan ingatan menyakitkan, yang membuatnya memiliki keinginan untuk mengakhiri penderitaan.

Narator dalam lagu ini merasa tidak mampu menemukan ketenangan atau jalan keluar dari kegelapan yang melanda. Dia juga merasa tak berdaya, karena semua usaha untuk memperbaiki keadaan mentalnya terasa sia-sia.

Lagu ini dimulai dengan lirik yang berbunyi "Disconnected from the world again. And no, the Sun don't shine in the place I've been" (Tidak terhubung dengan dunia lagi. Dan tidak, matahari tidak bersinar di tempat yang telah aku lalui).

Frasa tersebut menggambarkan keadaan sang narator merasa terputus atau terasing dari orang orang di lingkungan sekitarnya. Penggunaan kata "again" menunjukan bahwa perasaan ini bukanlah hal baru, tetapi sudah terjadi berulang kali.

Hal ini dapat mencerminkan pengalaman umum yang dialami oleh banyak orang yang berjuang dengan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, interaksi sosial bisa terasa sulit dan tidak nyaman.

Frasa "the Sun don't shine in the place I've been" menciptakan gambaran tentang kegelapan yang dia alami, menunjukkan bahwa pengalaman masa lalu nya sangat menyakitkan sehingga menghalanginya untuk merasakan kebahagiaan saat ini.

Lebih lanjut, pada penggalan lirik "So, why you keep acting like I don't exist?"  (Jadi, kenapa kamu terus bertingkah seolah aku tidak ada) narator merasa seolah-olah keberadaannya tidak diperhatikan atau dianggap penting oleh orang lain.

Hal ini menciptakan perasaan terabaikan, dia ingin sekadar diakui dan dipahami, tetapi tidak mendapatkan respons yang diharapkan.

Selain itu, ada bagian dalam lirik yang menunjukkan bahwa narator berada dalam keadaan putus asa yang mendalam.

Mereka merasakan beban emosional yang sangat berat, sehingga terbesit keinginan untuk mengakhiri hidup sebagai pelarian dari rasa sakit yang dirasakan, namun di satu sisi ia tak mampu melakukannya, karena mungkin ia takut akan konsekuensinya.

Hal tersebut diungkap pada lirik "feel like I'm ready to die, but I can't commit" (merasa seolah olah aku siap untuk mati, tapi aku tak bisa melakukannya)

Lirik "So I ask myself, 'When will I learn?. I'd set myself on fire to feel the burn" (Jadi aku bertanya dengan diriku sendiri, kapan aku akan belajar? aku akan membakar diriku sendiri untuk merasakan sakitnya) bisa dipahami sebagai curahan frustrasi narator yang merasa terjebak dalam siklus kesalahan atau perilaku yang tidak berubah.

Mereka mempertanyakan kapan mereka akan bisa belajar dari pengalaman mereka dan keluar dari pola yang merusak.

Frasa "I'd set myself on fire to feel the burn" mengungkapkan rasa mati rasa emosional, seolah-olah mereka begitu kehilangan rasa sehingga akan melakukan tindakan ekstrem hanya untuk bisa merasakan sesuatu lagi.

Hal ini bisa mencerminkan kondisi mental yang begitu berat, seseorang merasa tidak mampu merasakan apa-apa, kecuali melalui cara-cara yang menyakitkan atau destruktif.

Penggalan lirik "I'm scared that I'm never gonna be repaired" (aku takut bahwa aku tidak bisa diperbaiki) mengungkapkan ketakutan mendalam dari narator bahwa kondisi emosional atau mental mereka mungkin tidak akan pernah membaik.

Dia merasa rusak secara internal, dan perasaan ini menimbulkan kecemasan bahwa apa pun yang ia lakukan mungkin tidak cukup untuk memperbaiki mentalnya.

Pada bagian chorus yang berbunyi "Put me outta my misery. My mind-ind-ind feels like an archenemy. Can't look me in the eyes" (Jauhkan aku dari penderitaan ku. Pikiran ku terasa seperti musuh bebuyutan. Tidak bisa menatapku di mata) seolah menggambarkan perasaan narator yang terjebak dalam penderitaan mental yang sangat dalam.

Mereka meminta bantuan untuk mengakhiri penderitaan tersebut, karena pikiran mereka sendiri terasa seperti musuh yang terus-menerus melawan.

Istilah "my mind feels like an archenemy" menunjukkan bahwa narator merasakan konflik internal yang sangat kuat, pikirannya sendiri menjadi sumber utama rasa sakit dan penderitaan.

Penggalan lirik "I don't know what hurts the most. Holding on or letting go.Reliving my memories. And they killing me one by one" (Aku tidak tahu mana yang lebih menyakitkan. Bertahan atau melepaskan. Menghidupkan kembali kenanganku. Dan itu membunuhku satu persatu) bisa dipahami sebagai gambaran dari kebingungan narator tentang apa yang lebih menyakitkan, mempertahankan kenangan masa lalu (holding on) atau melepaskannya (letting go).

Terus berpegang pada kenangan bisa memberikan rasa nyaman, tetapi juga bisa menyakitkan dan membuatnya semakin tertekan dan hancur.

"And I'm staring into the void again, no one knows what a mess I'm in" (Dan aku menatap kehampaan lagi, tidak ada yang tahu betapa berantakannya aku) seolah menggambarkan situasi sang narator terjebak dalam kehampaan seolah tidak ada harapan atau jalan keluar dari keadaan tersebut, namun yang paling menyedihkan, tak ada satu pun yang menyadari betapa kacaunya keadaan yang ia alami.

Pada intinya, lagu "1x1" mengajak pendengarnya untuk merenungkan perjuangan yang dihadapi oleh individu dalam menghadapi kesehatan mental dan dampak dari trauma masa lalu.

Melalui lirik-liriknya , lagu ini menyampaikan pesan bahwa perasaan terjebak dalam kehampaan dan perjuangan melawan pikiran sendiri adalah pengalaman yang banyak dialami oleh orang-orang di sekitar kita.

Lagu ini seolah mengajak kita untuk lebih peka terhadap perjuangan orang lain, meskipun mereka tidak secara langsung mengungkapkan rasa sakit yang mereka alami.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak