Dua Muka Daun Pintu: Sebuah Ulasan Novel tentang Kebebasan dan Kemanusiaan

Hernawan | Nida Aulia
Dua Muka Daun Pintu: Sebuah Ulasan Novel tentang Kebebasan dan Kemanusiaan
Novel 'Dua Muka Daun Pintu' (Gramedia)

Dua Muka Daun Pintu merupakan judul novel karya Triskaidekaman yang diterbitkan pada tahun 2022 oleh Gramedia Pustaka Utama dengan jumlah halaman 201.

Sinopsis

Apa yang seharusnya dilakukan selembar pintu? Selalu membuka atau selalu menutup?

Inilah kisah tentang selembar pintu baja yang sepanjang waktu menjaga Garda dalam sebuah sel isolasi rahasia. 

Setiap hari ia mendengar kisah hidup Garda. la juga membaca dan menyimak kisah manusia lainnya. la diam-diam iba dan menyimpan niat untuk membebaskan Garda. 

Setelah terlempar ke dalam Forum Pintu Sedunia, pintu itu mulai memahami rahasia dunia pintu. la mulai menyusun rencana dalam menghadapi permintaan untuk menghadirkan kebebasan bagi Garda. 

Sebagaimana manusia, selembar pintu adalah saksi berbagai peristiwa, mengetahui cerita-cerita, dan menyimpan banyak rahasia dengan caranya sendiri.

Persahabatan Unik antara Pintu dan Manusia

Novel Dua Muka Daun Pintu memiliki dua tokoh utama, yakni Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus dan Garda.

Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus adalah pintu yang terbuat dari baja yang berfungsi mengurung Garda di dalam sel isolasi. Dia bisa berbahasa manusia dan membaca alfabet karena Garda yang mengajarinya. 

Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus tidak sengaja terlempar ke dunia pintu yang disebut Forum Pintu Sedunia. Dia memanfaatkan dunia pintu tersebut untuk mencari cara membebaskan Garda dari sel isolasi.

Kemudian, tokoh utama kedua adalah Garda. Nama lengkapnya Garda Pradisetia. Usianya awal dua puluhan. Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus tidak tahu apa penyebab Garda dikurung di dalam sel isolasi. 

Namun, dari cerita Garda, dia dikurung di dalam sel isolasi tersebut karena dia melawan pergerakan penghapusan ingatan. Dia dikurung di sini dalam keadaan hidup, tetapi di dunia luar disebarkan berita yang mengatakan dirinya sudah meninggal dunia. 

Garda hidup sebatang kara. Orangtuanya sudah meninggal. Teman-temannya tidak ada yang mau menengoknya ke sel isolasi.

Sebuah Dunia Pintu yang Disebut Forum Pintu Sedunia 

Setting novel Dua Muka Daun Pintu berada di dua tempat, yakni sel isolasi dan Forum Pintu Sedunia.

Forum Pintu Sedunia merupakan dunia pintu yang isinya pintu-pintu yang berasal dari tempat dan bentuk yang berbeda-beda. Dunia ini seperti berada di ruangan yang sangat luas. Diceritakan ruangannya luas tak terhingga.

Sementara sel isolasi adalah sebuah kandang tempat mengurung dan memasung manusia yang dianggap berbahaya jika dibiarkan berkeliaran di luar. Sel isolasi Garda terletak di ujung sebuah lorong panjang yang sempit dengan berdinding putih terang. Tempat ini terkesan dingin dan menekan.

Gaya Penulisan yang Khas dari Triskaidekaman 

Gaya penulisan Triskaidekaman dalam novel Dua Muka Daun Pintu memiliki ciri khas yang cukup menonjol. Penulis menggunakan bahasa yang kaya akan imajinasi, menciptakan dunia pintu yang terasa hidup. 

Triskaidekaman sering memakai kosa kata yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, sehingga memberikan nuansa sastra yang lebih mendalam namun menantang bagi pembaca.

Narasi dalam novel ini penuh dengan simbolisme dan alegori, dengan interaksi antar tokoh yang mengandung makna lebih dari sekadar dialog. Selain itu, dialog dan deskripsi dalam cerita ini sering kali memiliki nada sarkastik atau kritis yang mencerminkan sisi gelap dari sifat-sifat manusia.

Kritik Sosial dalam Novel Dua Muka Daun Pintu

Tema utama novel Dua Muka Daun Pintu adalah kebebasan dan perjuangan melawan penindasan, yang disampaikan melalui cerita persahabatan antara Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus dan Garda. 

Selain itu, novel ini juga mengangkat tema kemanusiaan dan solidaritas, terlihat dari cara Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus menunjukkan empati terhadap nasib Garda dan berusaha membantunya. 

Novel Dua Muka Daun Pintu menyampaikan beberapa pesan sosial yang mendalam. Salah satu yang saya temukan adalah kritik terhadap diskriminasi sosial. 

Melalui pengalaman Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus saat pertama kali ia datang ke Forum Pintu Sedunia, novel ini menggambarkan bagaimana individu atau kelompok tertentu sering kali ditolak atau disisihkan oleh masyarakat hanya karena penampilan atau latar belakang mereka. Hal ini mencerminkan realitas di dunia manusia tentang prasangka, stereotip, dan diskriminasi sosial.

Benda Mati yang Terasa Hidup

Kelebihan novel Dua Muka Daun Pintu yakni tokoh-tokohnya yang terasa hidup dan relatable. Triskaidekaman mampu menggambarkan benda mati dengan sifat manusia yang relatable, menjadikan novel ini memiliki keunikan yang jarang ditemukan dalam novel lainnya.

Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus, Pintu Apartemen, Pintu Ruang Rawat Intensif, dan tokoh-tokoh pintu lainnya bisa melihat dan berbicara satu sama lain seperti manusia. Di antara mereka ada yang menguasai bahasa manusia dan dapat membaca alfabet.

Tantangan Gaya Bahasa yang Kompleks dalam Novel Dua Muka Daun Pintu

Gaya bahasa Triskaidekaman dalam novel Dua Muka Daun Pintu memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi dengan penggunaan kosa kata yang jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari. 

Hal ini dapat menjadi tantangan untuk sebagian pembaca, termasuk saya sendiri saat mengikuti ceritanya, terutama ketika menemui kata-kata yang sama sekali tidak saya ketahui artinya. 

Namun, pengalaman membaca novel Dua Muka Daun Pintu juga bisa memperkaya pengetahuan bahasa dan menambah wawasan dalam beragam kosa kata yang unik. 

Kesimpulan

Dua Muka Daun Pintu karya Triskaidekaman merupakan sebuah novel yang mengusung tema kebebasan dan perjuangan melawan penindasan, disampaikan melalui persahabatan yang unik antara Pintu Sel Penjara Fasilitas Khusus dan Garda. 

Dengan dunia pintu yang diciptakan secara imajinatif dan simbolis, serta karakter-karakter benda mati yang terasa hidup, novel ini memberikan pengalaman membaca yang unik.

Namun, gaya bahasa Triskaidekaman yang menggunakan banyak kosa kata yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari bisa menjadi tantangan bagi sebagian pembaca. 

Pembaca yang menikmati novel tentang kritikan sosial akan sangat mengapresiasi novel ini. Novel ini juga cocok bagi mereka yang tertarik pada tema kemanusiaan, kebebasan, maupun solidaritas.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak