Tema ‘santet’ memang selalu menarik perhatian, terutama di kalangan pencinta film horor. Tahun ini, salah satu film yang cukup mencuri perhatian adalah Santet Segoro Pitu.
Dirilis pada 7 November lalu, film ini berhasil menembus satu juta penonton hanya dalam waktu dua minggu.
Disutradarai oleh Tommy Dewo yang baru pertama kali menyutradarai film layar lebar, film ini menyajikan cerita yang meskipun klise, tetap menarik untuk diikuti.
Sinopsis Santet Segoro Pitu
Sejak kecil, Ardi (Ari Irham) sering jatuh sakit dan harus menjalani operasi untuk sembuh. Ayahnya, Sucipto (Christian Sugiono), seorang pedagang pasar yang sukses, berhasil membayar biaya operasinya.
Namun, setelah sembuh, indra keenam Ardi terbuka, membuatnya bisa melihat makhluk-makhluk gaib. Untuk mengatasi hal ini, keluarganya memanggil Pak Rustam (Agus Firmansyah), seorang orang pintar, yang menutup mata batin Ardi.
Meskipun demikian, Ardi masih bisa melihat makhluk yang ingin menampakkan diri padanya. Pak Rustam juga melarang Ardi pergi ke pasar yang dipenuhi praktik-praktik curang menggunakan jin dan sihir.
Kehidupan Ardi berjalan normal hingga suatu hari, seluruh keluarganya diserang oleh ilmu santet yang sangat kuat bernama Santet Segoro Pitu atau Santet 'Tujuh Lautan'.
Ilmu santet ini sangat berbahaya dengan ritual khusus yang menjadi misteri.
Ardi pun harus menghadapi ketakutannya dan membuka kembali indra keenamnya untuk menghancurkan kutukan tersebut.
Ulasan Film Santet Segoro Pitu
Dari segi cerita, Santet Segoro Pitu sebenarnya tidak menawarkan sesuatu yang baru. Plotnya berputar di sekitar keluarga yang dihantui, sebuah tema yang sering kali ditemukan di film horor lainnya.
Namun, film ini cukup berhasil menyajikan adegan-adegan yang rapi dan menegangkan, meskipun tanpa kejutan plot yang berarti.
Penonton tidak perlu banyak berpikir atau menebak-nebak karena semua misteri dijelaskan dengan jelas pada akhirnya.
Sayangnya, akting para pemain terasa kurang natural dan kaku, terutama dalam penggunaan dialog berbahasa Jawa.
Hanya Christian Sugiono yang memberikan penampilan cukup baik sebagai Sucipto.
Salah satu aspek yang menarik perhatian adalah penggunaan CGI yang terlihat murah dan palsu, namun langkah ini bisa diapresiasi sebagai usaha untuk memajukan perfilman Indonesia.
Secara keseluruhan, Santet Segoro Pitu tidak terlalu menakutkan. Ada beberapa adegan yang cukup mengesankan, terutama adegan yang melibatkan suara-suara mengerikan dari hutan.
Namun, begitu makhluk yang mengejar keluarga mereka ditunjukkan, semua rasa takut pun hilang, digantikan oleh penampakan yang menggelikan.
Klimaks film ini pun terasa kurang memuaskan dengan pengemasan yang terlihat murah dan tidak serius.
Meski begitu, Santet Segoro Pitu tetap layak ditonton bagi mereka yang mencari hiburan horor ringan tanpa harus banyak berpikir.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS