Bagi beberapa orang, disleksia mungkin bukan hal yang asing, tapi bagi yang lainnya bisa saja belum pernah terpapar informasi sama sekali mengenai disleksia. Disleksia bukan hanya gangguan belajar dalam aspek membaca dan menulis, tapi juga kemampuan berbicara dan mendengarkan. Bukan hanya perihal menulis dengan terbalik, tapi juga kesulitan dalam mengingat huruf-huruf. Disleksia bukan hal yang sederhana yang bisa dianggap remeh karena jika tidak ditangani dengan tepat, hal ini akan mengganggu proses belajar anak.
Brilliant Bea mengangkat kisah anak perempuan yang bernama Beatrice atau dipanggil Bea mengenai hari-harinya di sekolah yang menunjukkan dirinya kesulitan dalam membaca dan menulis karena mengalami disleksia. Melalui kisah yang disampaikan dengan ringkas, saya berhasil merasakan perasaan Bea, seperti ketika dirinya diminta untuk membaca nyaring atau menjadi yang paling terakhir menyelesaikan tugas. Kegelisahan ketika teman sekelas telah beranjak meninggalkan kelas, namun dirinya masih belum selesai bukanlah perasaan yang asing bagi saya.
Brilliant Bea menyoroti perihal disleksia dari beberapa sisi. Pertama, perasaan dan pikiran Bea yang mengalami disleksia itu sendiri, yang kedua adalah keluarga. Kalimat dan sikap positif yang diberikan oleh keluarganya untuk mendorong Bea agar tidak merasa kecil serta surut semangatnya dan selanjutnya adalah guru. Guru yang turut mencari cara menonjolkan kemampuan Bea sambil membantunya menghadapi kesulitan dalam belajar. Lalu yang terakhir adalah teman sekelasnya. Teman yang sebelumnya tidak berada di sekitarnya, perlahan-lahan mereka mengelilingi Bea, melihat kemampuan Bea yang menarik minat mereka dan kagum akan hal tersebut hingga akhirnya mereka berteman dengan baik.
Bukan hanya membagikan kisah Bea, setelah cerita tamat, penulis menjabarkan serba-serbi mengenai disleksia dengan singkat mulai dari definisi disleksia, gejala anak dengan disleksia hingga perawatannya. Dengan adanya stigma negatif mengenai anak yang mengalami disleksia, melalui buku ini diharapkan khalayak umum dapat melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda dan menjadi bahan untuk mengedukasi diri.
Lewat ilustrasinya yang sederhana, gambaran kehidupan Bea berhasil divisualisasikan dengan tampilan yang menarik namun tidak mengurangi kesan yang ingin disampaikan. Brilliant Bea dapat menjadi bacaan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dengan disleksia dan pada anak lainnya akan mengajarkan mereka untuk berempati. Bagaimana sebaiknya bersikap terhadap anak yang mengalami disleksia, sedikit banyaknya dapat diperhatikan melalui buku ini. Bukan hanya menjadi bacaan yang bagus untuk anak-anak, buku ini juga cocok untuk para orangtua dan guru agar dapat lebih memahami posisi sang anak hingga dapat mengambil langkah yang sesuai dengan peran masing-masing dalam menghadapi anak dengan disleksia.
Mari hentikan stigma negatif mengenai anak yang mengalami disleksia dengan cara mengedukasi diri lewat membaca buku mengenai disleksia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.