Perkembangan sastra Indonesia telah melalui perjalanan yang panjang. Tiap perkembangannya, telah melahirkan sejumlah penulis dan karyanya yang termasyhur hingga sekarang ini.
Nama-nama besar penulis Indonesia terlahir karena kepiawaian mereka merangkai kata dan menyusun jalan cerita yang ciamik. Tak heran, karya sastra mereka masih banyak digunakan sebagai rujukan oleh pelajar dan mahasiswa, terutama di jurusan bahasa dan sastra.
Salah satu karya sastra yang populer adalah novel. banyak novel klasik Indonesia yang masih eksis hingga kini karena sarat akan unsur sosial dan kebudayaan. Itulah sebabnya novel klasik Indonesia tak lengkang oleh waktu.
Kita mungkin telah familier dengan novel Bumi Mannusia karya Pramoedya Ananta Toer, Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, atau Siti Nurbaya karya Marah Roesli. Selain itu, masih banyak novel klasik Indonesia yang dapat kamu jadikan bacaan.
Berikut daftar rekomendasi novel klasik Indonesia.
1. Pulang Karya Toha Mohtar
Novel ini bercerita tentang Tamin, seorang mantan prajurit Heiho yang pulang ke kampungnya. Ketika sampai, ia mendapati kampungnya tidak banyak berubah. Sayangnya, keluarga Tamin sedang mengalami berbagai persoalan. Kemudian ia pun menghabiskan waktu untuk bekerja dan bertani. Namun, di tengah kesibukannya, Tamin mengalami pergolakan batin akibat masa lalunya sebagai serdadu Jepang.
Cerita yang tadinya akan dikira sederhana rupanya berhasil menjadi cerita yang kompleks. Namun, Toha Mohtar berhasil melukiskan tiap permasalahan dengan sangat baik. Pilihan kata yang digunakan penulis juga membuat novel ini sarat akan kosakata yang indah sehingga pembaca dapat seolah-olah hadir dalam suasana sosial dan ikut merasakan kekalutan tokohnya.
2. Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya
Burung-Burung Manyar bercerita tentang pemuda asli Indonesia bernama Teto yang memutuskan untuk berada di pihak Belanda. Hal ini didasari akibat luka batinnya terhadap pemerintah tanah air yang pada masa itu lebih berpihak ke pihak Jepang.
Sepanjang cerita, pembaca akan disuguhkan dengan kisah Teto yang terombang-ambing terhadap perasaannya sendiri. Perang batin yang dirasakan Teto kian lengkap dengan perasaan cintanya untuk perempuan bernama, Atik.
Siapa sangka, novel ini berhasil membawa sudut pandang baru tentang kemerdekaan Indonesia. Alih-alih menuliskan sikap menerima, Y.B. Mangunwijaya seolah memberi kesempatan bagi pembaca untuk sama-sama memikirkan makna kemerdekaan bersama tokoh utama. Selain jalan cerita yang fresh, penulis juga menyelipkan humor, pengandaian, dan romansa yang dapat menggelitik hati pembaca.
3. Atheis karya Achdiat K. Mihardja
Atheis menjadi salah satu novel Indonesia dengan tema yang berani. Novel ini bercerita tentang Hasan, pemuda yang besar di keluarga religius. Suatu hari, ia bertemu dengan temannya yang memiliki pemikiran lebih terbuka dan modern. Di sinilah Hasan mulai merasakan kegalauan tentang kepercayaannya.
Di samping itu, novel roman ini tidak lepas dari cerita romansa tokoh. Sayangnya, percintaan antara Hasan dan Kartini yang digambarkan sempurna di awal harus berakhir dengan pilu. Pada titik ini, pembaca akan merasakan gejolak kemarahan akibat perilaku tokoh utama.
Melalui novel ini pula, penulis tampak mencoba untuk menggambarkan transisi kondisi sosial dan kebudayaan di Indonesia pada saat itu. Meski tema yang diangkat antimainstream, tetapi berhasil membuat pembaca ikut merasakan kegundahan, emosi, dan semangat tokoh-tokoh di dalamnya.
4. Salah Pilih Karya Nur St. Iskandar
Novel ini bercerita tentang Asri, laki-laki Minangkabau yang miliki adik angkat bernama Asnah. Suatu hari, Asri harus menikah dengan perempuan bernama Saniah. Pernikahan tanpa dasar cinta itu berlangsung penuh huru-hara, ditambah Saniah memiliki sifat arogan makin membuat rumah tangga mereka berantakan. Di tengah cerita, ibu Asri akhirnya meninggal dan sempat berkata bahwa ia menyesal mengapa tidak menjodohkannya dengan adik angkatnya saja.
Cerita mereka kian menarik setelah Saniah meninggal dunia dan Asri berusaha memperistri adik angkatnya, Asnah. Sayangnya, kisah cinta keduanya terhalang oleh adat yang menganggap hubungan Asri dan Asnah itu tabu. Akhirnya, mereka memutuskan pergi ke Batavia dan memulai hidup baru di sana.
Novel ini merupakan salah satu novel angkatan Balai Pustaka sehingga kental dengan nuanasa Melayu dan adat Minangkabau. Maka tidak heran kalau novel ini mengandung nilai-nilai kebudayaan, nilai moral, dan penggambaran kondisi sosial masyarakat Minangkabau yang saat itu masih terikat kuat dengan adatnya.