Berebut Jenazah, Film yang Ngajak Kita Memikirkan Akhir Hidup yang Bijak

Hernawan | Athar Farha
Berebut Jenazah, Film yang Ngajak Kita Memikirkan Akhir Hidup yang Bijak
Poster Film Berebut Jenazah (Instagram/klikfilm)

Pernah terpikirkan nggak? Misal, suatu saat seseorang yang kita cintai meninggal dunia, tapi bukannya berduka bersama, keluarga justru berselisih soal bagaimana cara memakamkannya. Siapa yang lebih berhak menentukan? Agama siapa yang harus diikuti? Pertanyaan ini bukan sekadar fiksi, tapi realita yang sebenarnya ada kejadian semacam itu, terutama dalam keluarga lintas budaya dan agama.

Film terbaru buatan Sutradara Danial Rifki, ‘Berebut Jenazah’, yang tayang sejak 14 Februari 2025 di Klikfilm, mengangkat isu tersebut dalam balutan drama satir yang menggelitik sekaligus mengundang ‘yang nonton’ buat merenungkannya.

Dibintangi Adhisty Zara sebagai Naomi, lalu ada Junior Roberts, Whani Dharmawan, Hana Yuka Sano, dan Takato Yonemoto, membuat film ini nggak hanya sekadar drama keluarga biasa, tapi juga menyoroti isu yang jarang dieksplorasi di perfilman Indonesia: Bagaimana hukum agama dan adat bisa berbenturan dalam proses pemakaman.

Sinopsis Film Berebut Jenazah

Film yang diproduksi Klikfilm Productions dan diangkat dari cerpen karya Feby Indirani dalam ‘Kumcer Memburu Muhammad’, kisahnya menyoroti Naomi, si idol Jepang yang meninggal dunia, dan kedua orangtuanya yang berebut hak untuk menguburkannya sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Sang ayah, seorang Muslim asal Indonesia, ingin mengikuti tata cara Islam, sementara sang ibu, seorang Buddhis dari Jepang, yang punya pandangan berbeda. Dalam situasi yang seharusnya penuh duka, konflik justru semakin memanas.

Perebutan Jenazah, Fenomena Nyata yang Terjadi

Isu perebutan jenazah bukan hal baru di dunia nyata. Nggak sedikit kasus di mana keluarga terlibat dalam perselisihan akibat perbedaan keyakinan, terutama dalam keluarga dengan latar belakang agama yang berbeda. Beberapa kasus bahkan sampai harus melibatkan hukum untuk menentukan siapa yang lebih berhak.

Melalui film ini, Danial Rifki tampaknya ingin mengajak penonton untuk ‘mikir dalam-dalam’ bagaimana cinta orangtua bisa berubah jadi pertengkaran ketika menyangkut perbedaan prinsip. Bukankah seharusnya duka jadi momen persatuan, bukan perpecahan?

Sebagai film dengan genre drama satir, ‘Berebut Jenazah’ berpotensi menyentil sikap fanatisme dan ego yang sering muncul dalam kehidupan nyata. Apakah agama yang harus diutamakan dalam kematian seseorang, ataukah kehendak si almarhum/ almarhumah? Bagaimana cara terbaik menghormati seseorang setelah dirinya tiada?

Jawabannya mungkin nggak sederhana, tapi film ini jadi ruang diskusi yang menarik. Apalagi dengan nuansa budaya Jepang-Indonesia yang dihadirkan, Berebut Jenazah jadi tontonan yang nggak hanya emosional, tapi juga membuka wawasan tentang permasalahan di dunia nyata yang sering terjadi di sekitar kita.

Cobalah nonton film ini maski sekali seumur hidup. Selamat nonton ya. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak