Film thriller kriminal seringnya meninggalkan kesan yang menggantung di benak penonton, entah itu penuh ketegangan, reflektif, atau bahkan membuat frustrasi. Namun, bagaimana jika sebuah film berakhir dengan kesimpulan yang begitu sinis hingga terasa hambar? Itulah yang terjadi pada ‘Squad 36’, film terbaru dari Olivier Marchal yang tayang di Netflix sejak 28 Februari 2025.
Disutradarai Olivier Marchal, sutradara yang pernah menggarap Film Rogue City dan Film 36th Precinct, menghadirkan Aktor Victor Belmondo sebagai Antoine Rocca, sosok polisi tangguh dengan masa lalu kelam. Film ini juga dibintangi Tewfik Jallab, Fauve Hautot, dan masih banyak lagi para bintang pendukung lainnya.
Sekilas Tentang Film Squad 36
Film ini mengikuti kisah Antoine, sosok perwira polisi yang dikenal brutal dalam menangani kasus kejahatan jalanan. Bersama rekan-rekannya, dia berada dalam lingkaran kepolisian yang penuh korupsi dan konflik moral. Namun, ketika seorang rekan tewas dan investigasi mulai mengungkap rahasia kelam di dalam tim mereka, Antoine dihadapkan pada pilihan sulit antara loyalitas dan keadilan.
Lumayan menarik ya? Yuk, lanjut kepoin lebih dalam film ini!
Akhir yang Terlalu Sinis?
Banyak film bertema polisi korup memilih menyajikan akhir yang kelam sebagai bentuk kritik sosial atau realisme brutal. Namun, Film Squad 36 tampaknya terlalu asyik dengan sinisme yang justru mengorbankan kedalaman emosional ceritanya.
Saat film mencapai klimaksnya, Antoine seolah-olah nggak diberikan ruang untuk benar-benar berkembang sebagai karakter. Pilihan naratif yang diambil hanya mempertegas pesan kalau kepolisian adalah lembaga yang busuk dan nggak ada harapan untuk perubahan. Akibatnya, nggak ada resolusi yang memuaskan, baik bagi karakter utama maupun bagi penonton.
Sebagai perbandingan, film seperti Training Day (2001) yang juga tentang polisi korup, masih ngasih ruang bagi karakter utama untuk bertarung dengan dilema moralnya. Ethan Hawke dalam perannya sebagai Jake Hoyt menghadapi konsekuensi dari pilihannya, tapi tetap ada nuansa terkait keadilan, yang meskipun kecil, masih bisa ditegakkan. Sementara dalam Film Squad 36, nggak ada secercah harapan atau kompleksitas emosional yang bisa dipegang.
Apakah Sinisme Seperti Ini Masih Efektif?
Sinisme dalam film kriminal bukanlah hal baru. Banyak sineas menggunakan pendekatan ini untuk menunjukkan fakta keras dan pahit yang ada di dunia nyata. Namun, ketika film hanya berakhir dengan pesan “semua polisi busuk dan nggak ada harapan”, justru itu terasa seperti narasi yang sudah terlalu sering diulang?
Film Squad 36 sebenarnya ada potensi untuk menjadi thriller kriminal yang menarik, terutama dengan arahan Olivier Marchal. Namun, ending-nya yang terlalu nihilistik membuat film ini kehilangan dampak emosional yang seharusnya bisa lebih kuat. Pada akhirnya, film ini mungkin hanya meninggalkan kesan pahit tanpa banyak hal yang bisa direnungkan.
Kalau kamu penggemar film thriller kriminal, apakah lebih suka akhir yang benar-benar suram, atau masih butuh sedikit harapan di dalamnya? Tontonlah kalau mau. Ups.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.