Ada satu masa ketika drama medis jadi raja di layar kaca lho. Misalnya, Grey’s Anatomy, tapi belakangan, kisah drama medis kayak lagi cuti panjang, alias nggak banyak, dan digantikan sama deretan film maupun series bergenre aksi, horor, maupun romansa yang totalitas.
Nah, Series Pulse yang tayang sejak 3 April 2025, merupakan drama medis terbaru dari Netflix, datang bak dengan kejutan defibrillator: Mengejutkan, intens, dan menggoda.
Disutradarai sama lima sutradara: Sarah Boyd, Carlton Curse, Kate Dennis, SJ Main Munoz, serta Wendey Stanzler. Dan dengan mengambil latar di sebuah rumah sakit trauma Level 1 di Miami, bikin series ini begitu menarik perhatian.
Para bintangnya pun bukan nama sembarangan. Ada Willa Fitzgerald yang memerankan dr. Danielle “Danny” Simms—si residen tahun ketiga yang mendadak diangkat sebagai pemimpin karena chief resident sebelumnya, Dr. Xander Phillips (Colin Woodell), diskors. Sisa cast-nya pun solid: Jessie T. Usher sebagai Sam Elijah, Jessy Yates sebagai Harper. Nah selain itu juga ada Jessica Rothe, Jack Bannon, Chelsea Muirhead, hingga Daniela Nieves.
Sekilas tentang Series Pulse
Segalanya berubah saat badai mengancam dan rumah sakit terpaksa lockdown. Dalam kondisi darurat, Dr. Xander harus kembali bekerja meski masih dalam masa skorsing. Di sinilah Danny dan Xander—yang rupanya punya sejarah personal yang sangat rumit—dipaksa kembali bekerja sama.
Melalui serangkaian kilas balik, hubungan mereka yang meledak-ledak dibuka perlahan: ada cinta, ada kemarahan, ada pengkhianatan yang semuanya menyatu di bawah tekanan ruang gawat darurat.
Danny sendiri bukan dokter biasa. Dia penuh empati, pintar, tapi juga suka ragu-ragu gitu. Masalah pribadinya memengaruhi hubungannya dengan Xander, adiknya Harper, dan sahabatnya Sam yang—plot twist—juga mengincar posisi chief resident.
Drama semakin panas karena semua itu terjadi di bawah tekanan kasus-kasus medis yang menumpuk, pasien-pasien yang panik, dan rekan-rekan kerja yang mulai memilih kubu.
Impresi Selepas Nonton Series Pulse
Sebagai penonton yang sudah kenyang dengan drama medis ala Grey’s dan The Good Doctor, aku sempat skeptis.
Hebatnya, Series Pulse punya pendekatan yang lebih tajam dan realistis. Chemistry antara Willa Fitzgerald dan Colin Woodell sangat mencuri perhatian—ketegangan mereka bikin layar terasa panas, bukan karena tropisnya Miami, tapi karena konflik emosional yang mereka mainkan dengan apik.
Aku juga suka bagaimana series ini dibangun hampir sepenuhnya di satu lokasi, yaitu rang gawat darurat. Lima episode pertamanya hanya berputar di situ, tapi terasa seperti roller coaster. Detail medisnya cukup akurat, tapi yang paling kuat justru dinamika antar-karakter yang begitu manusiawi dan rumit. Danny bukan sosok “dokter sempurna” ala televisi—dia canggung, rapuh, dan kadang membuat keputusan buruk. Justru itulah yang bikin karakternya relatable.
Cuma gini ya, ada hal yang bagiku sangat perlu usaha lebih kuat untuk mencerna banyak hal yang terjadi di dalam ruang rumah sakit di tiap episode. Istilah-istilah yang hampir minim informasinya, dan konflik yang begitu besar dan padat, bikin aku perlu waktu memahami tiap-tiap informasi pentingnya. Jadi rasanya butuh jeda buat nggak nonton dulu episode selanjutnya dan mengulang nonton episode sebelumnya.
Nggak buruk kok, hanya karena aku sulit mengerti bukan berarti series ini jelek ya. Ini series yang benar-benar bagus lho!
Gitu ya Sobat Yoursay. Series Pulse tuh bukti kalau Netflix masih bisa memproduksi tontonan berkualitas. Kalau kamu rindu drama medis yang bukan cuma soal operasi dan diagnosis, tapi juga soal luka batin dan krisis identitas, Series Pulse wajib ditonton.
Skor: 4/5