Review Novel Funiculi Funicula 2: Secangkir Kopi dan Kesempatan Kedua

Hayuning Ratri Hapsari | Ruslan Abdul Munir
Review Novel Funiculi Funicula 2: Secangkir Kopi dan Kesempatan Kedua
Novel “Funiculi Funicula 2: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap” karya Toshikazu Kawaguchi (Goodreads)

Jika kamu pernah membayangkan bisa kembali ke masa lalu hanya untuk memperbaiki satu hal kecil, maka novel Funiculi Funicula 2 adalah buku yang tepat untuk kamu bacaa saat merasakan hal tersebut.

Ditulis oleh Toshikazu Kawaguchi, buku ini merupakan kelanjutan dari novel pertamanya yang fenomenal, “Before the Coffee Gets Cold”.

Sekuel ini membawa kita kembali ke kedai kopi misterius di gang sempit Tokyo, tempat waktu bisa diputar ulang, tapi hanya sebatas satu cangkir kopi.

Kembali ke Kafe dengan Aturan Aneh

Sama seperti di buku pertama, pengunjung kafe Funiculi Funicula tetap harus mengikuti aturan aneh yaitu hanya bisa duduk di satu kursi tertentu.

Selain itu, pengunjung hanya bisa kembali ke masa lalu dalam waktu singkat, dan yang paling penting, tidak peduli apa yang terjadi, masa kini tidak akan berubah.

Namun, justru dalam keterbatasan itulah kekuatan cerita ini muncul. Buku kedua ini menyajikan empat kisah baru yang menggugah, masing-masing penuh emosi dan refleksi mendalam.

Cerita-cerita baru yang ditampilkan fokus pada orang-orang yang ingin memperbaiki masa lalu atau mencari jawaban di masa depan, seperti seorang pria yang ingin menemui sahabatnya di masa lalu, seorang putra yang menyesal tak menghadiri pemakaman ibunya, dan seorang pria sekarat yang ingin memastikan kebahagiaan kekasihnya di masa depan.

Rasa Kopi yang Tak Pernah Sama

Walau premisnya sama seperti buku pertama, “Funiculi Funicula 2” tetap terasa segar. Toshikazu Kawaguchi tak hanya memperluas latar belakang karakter, tetapi juga menggali sisi emosional yang lebih dalam di novel ini.

Tema cinta, keluarga, penyesalan, dan harapan dibalut dalam narasi yang kuat namun sangat menyentuh. Tidak ada ledakan drama, hanya kesedihan yang mengalun pelan dan mengendap seperti ampas kopi.

Hal yang paling menarik, masing-masing kisah dalam novel ini berkesinambungan satu sama lain, seolah semua tokoh saling terkait dalam benang tak kasatmata.

Kafe Funiculi Funicula seolah menjadi ruang yang tepat bagi orang-orang yang belum selesai dengan masa lalu mereka. Namun sayangnya masa lalu tidak bisa mereka ulang kembali.

Karena pada dasarnya masa lalu adalah sebuah kisah yang sudah seharusnya kita simpan di tempat lain. Ia bukan lagi berada di kehidupan kita yang sekarang.

Bukan beratri juga kita harus membuangnya, tetapi kita hanya berusaha untuk menempatkannya di tempat yang semestinya mereka berada.

Kadang tidak semua masa lalu terlihat buruk, akan ada hal baik yang dapat kita kenang dan kita jadikan pelajaran dari masa lalu tersebut untuk mengubah diri kita menjadi versi yang lebih baik.

Untuk Siapa Buku Ini?

Buku ini cocok untuk siapa saja yang pernah merasa “seandainya aku bisa kembali ke masa lalu.” Tapi buku ini juga menyadarkan bahwa mungkin yang kita butuhkan bukan mengubah masa lalu, melainkan memahami dan menerimanya.

Dengan gaya penulisan yang lembut dan penuh nuansa, buku ini memberi kehangatan bagi pembaca yang sedang melalui masa sulit. Ini bukan cerita tentang mengubah takdir, tapi tentang rekonsiliasi dengan diri sendiri dan orang lain.

Funiculi Funicula 2 adalah novel reflektif yang mengajak kita merenung bahwa waktu tidak bisa diulang, tapi kata-kata yang belum sempat diucapkan bisa tetap bermakna. Buku ini mengajarkan bahwa memahami orang lain, meski terlambat, tetap lebih baik daripada tidak pernah mencoba.

Kalau kamu mencari novel yang bisa menyadarkan kamu bahwa sungguh berharganya waktu, dan menghangatkan pikiran seperti kopi di pagi hari, maka novel Funiculi Funicula 2 wajib masuk daftar bacamu.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak