Setiap orang pasti pernah merasakan sakit hati. Tapi ada satu rasa yang mungkin tidak semua orang bisa memahami, yaitu rasa ketika kita selalu ada untuk orang lain, namun keberadaan kita tak pernah dianggap.
Perasaan itu sering kali tak terlihat, namun membekas begitu dalam. Buku “Ada Tapi Tak Dianggap” karya A. Wildan Hilmi hadir sebagai teman yang bisa memahami perasaan itu, dan membisikkan bahwa kamu tidak sendiri.
Buku ini bukan sekadar kumpulan kalimat atau quotes biasa, melainkan curahan hati, hasil dari luka-luka yang tidak sembuh dalam sehari, dan pengalaman pribadi penulis yang dituangkan dengan tulus. Buku “Ada Tapi Tak Dianggap” menawarkan kehangatan dalam kesederhanaan, dan menjadi teman sunyi di tengah badai emosi yang tak terbendung
Buku ini berisi potongan-potongan kalimat singkat yang padat dan bermakna. Kalimat-kalimat tersebut berbicara tentang patah hati, perasaan tak dihargai, kehilangan, harapan yang tak kunjung nyata, hingga kekuatan untuk bangkit dan mencintai diri sendiri. Meski menggunakan bahasa yang sederhana, setiap kutipan dalam buku ini terasa begitu dalam dan menyentuh hati, seolah-olah ditulis langsung dari pikiran kita sendiri.
Penulis tidak hanya mengungkapkan kesedihannya, tapi juga menunjukkan bahwa dari luka bisa tumbuh harapan. Bahwa kekecewaan yang dalam bisa menjadi motivasi untuk memperbaiki hidup. Dan inilah yang membuat buku ini bukan hanya tentang air mata, tapi juga tentang kekuatan.
Gaya penulisan A. Wildan Hilmi sangat ringan dan mudah dipahami. Ia tidak menggunakan kata-kata rumit atau perumpamaan yang membingungkan. Justru kelebihan buku ini terletak pada kesederhanaannya yang jujur.
Setiap kalimat seperti percakapan diam-diam antara penulis dan pembaca. Membacanya seperti sedang menenangkan diri sendiri, atau mendengar seseorang yang berkata, “Aku mengerti perasaanmu".
Karena bentuknya adalah kumpulan kutipan, buku ini tidak harus dibaca dari awal hingga akhir. Kamu bisa membacanya secara acak, satu halaman per hari, atau sesuai dengan suasana hati. Buku ini cocok sebagai bacaan di saat kamu merasa hancur, kecewa, atau sekadar butuh pengingat bahwa kamu tidak sendirian.
Penulis menuturkan bahwa inspirasi buku ini datang dari pengalaman pribadi di tahun 2021, saat ia mengalami kekecewaan besar. Namun, daripada larut dalam luka, ia memilih untuk menjadikan kesedihan itu sebagai bahan bakar untuk menulis dan menciptakan sesuatu yang bisa menyentuh hati orang lain. Dari sinilah muncul “Ada Tapi Tak Dianggap".
Pesan yang ingin disampaikan cukup jelas, yakni semua orang pasti pernah merasa tidak dihargai, tetapi kamu tidak boleh lupa bahwa dirimu tetap berharga, meski dunia tidak selalu melihatmu.
“Ada Tapi Tak Dianggap” adalah buku yang sangat cocok untuk kamu yang sedang merasa down, tidak dianggap, atau sedang berusaha menyembuhkan luka batin. Buku ini tidak menggurui, tidak memaksa untuk cepat sembuh, tetapi hadir sebagai teman yang mendengarkan dan memeluk lewat kata-kata.
Bacaan ini juga cocok untuk kamu yang ingin lebih memahami perasaan orang lain, teman, pasangan, keluarga, yang mungkin belum pernah kamu mengerti sebelumnya. Melalui buku ini, kamu bisa belajar bahwa ada banyak bentuk luka yang tersembunyi, dan bahwa menjadi hadir untuk seseorang kadang cukup dengan memahami, bukan menilai.
Jika kamu sedang mencari buku yang bisa menjadi sahabat emosional, yang tidak menghakimi perasaanmu dan justru membantu kamu untuk bangkit perlahan, maka “Ada Tapi Tak Dianggap” adalah pilihan yang tepat. Sebuah buku sederhana, namun penuh makna.
Identitas Buku
Judul: Ada Tapi Tak Dianggap
Penulis: A. Wildan Hilmi
Penerbit: Kawan Media
Tahun Terbit: 2022
Tebal Buku: 164 halaman