Ulasan Novel Lemonade Granny: Misteri Gelap di Balik Desa Para Lansia

Ayu Nabila | Ardina Praf
Ulasan Novel Lemonade Granny: Misteri Gelap di Balik Desa Para Lansia
Novel Lemonade Granny (goodreads.com)

Hyun Irang dikenal sebagai penulis Korea Selatan yang karyanya sarat akan emosi halus, nuansa simbolik, dan pengamatan tajam terhadap kehidupan sehari-hari.

Dalam novel Lemonade Granny, ia menghadirkan kisah tentang hubungan seorang anak kecil dan nenek. Meski terlihat sederhana, tapi ceritanya tidak sesederhana itu.

Sinopsis Novel Lemonade Granny

Di awal cerita, kehidupan tampak biasa dan penuh kebersahajaan.

Namun konflik bermula ketika ditemukan mayat bayi di dekat tong sampah. Dimana masalah ini terjadi di desa Doran.

Desa ini adalah tempat perawatan bagi lansia penderita demensia, namun hanya mereka yang mampu secara finansial yang bisa tinggal di sana.

Bersama seorang anak kecil, putra dari dokter yang bertugas di panti tersebut, Nenek Limun bertekad menyelidiki kasus kematian bayi itu.

Namun, misteri kantong sampah tersebut hanyalah permukaan dari kejahatan yang jauh lebih besar dan rumit.

Novel ini berfokus pada penyelidikan fasilitas perawatan kesehatan yang ternyata menyembunyikan banyak rahasia kelam.

Namun seiring waktu, kita menyadari bahwa di balik kesan tenang itu tersimpan ketegangan, kenangan, dan luka yang perlahan terungkap melalui interaksi keduanya.

Ulasan Novel Lemonade Granny

Judul dan sampul novel ini yang tampak imut itu sebenarnya bisa menyesatkan, karena isi novel ini bukan bacaan ringan, apalagi untuk anak-anak.

Sebaliknya, kisah ini penuh dengan skandal, kekerasan, dan isu sosial yang cukup sensitif (meskipun tidak secara gamblang).

Judul Lemonade Granny sendiri sarat makna. Limun, sebagai simbol minuman yang manis dan menyegarkan namun mengandung rasa asam, merepresentasikan relasi emosional antara sang anak kecil dan nenek, manis, namun tak lepas dari rasa getir kehidupan.

Hyun Irang dengan sangat peka menggambarkan bagaimana trauma, kehilangan, dan kerentanan bisa hadir dalam momen paling biasa, secangkir limun, percakapan pendek, atau keheningan bersama.

Kekuatan novel ini terletak pada gaya penceritaan yang lembut namun kuat. Hyun Irang tidak menggunakan konflik besar atau kejutan dramatis.

Sebaliknya, ia mengajak pembaca untuk memperhatikan hal-hal kecil, getaran emosi yang samar, luka yang tidak langsung tampak, serta cinta yang tidak selalu diucapkan namun terasa dalam tindakan.

Ini adalah jenis cerita yang tumbuh perlahan dalam hati pembaca, menyisakan kesan hangat sekaligus getir.

Tema hubungan lintas generasi rasanya cocok menjadi inti dari novel Lemonade Granny. Hubungan anak kecil dan nenek dalam novel ini bukan hanya tentang kasih sayang, tapi juga tentang benturan nilai, kesalahpahaman yang tertahan, dan usaha untuk saling memahami di tengah diam.

Sang nenek adalah sosok yang kuat dan hangat, meski banyak hal yang ia simpan dalam diam. Ia adalah potret dari generasi yang sering kali dianggap usang, namun menyimpan kebijaksanaan hidup yang tak ternilai.

Dari segi narasinya dibangun menggunakan beberapa sudut pandang. Jadi setiap bab memiliki satu sudut pandang dari satu karakter.

Tujuannya memberi pandangan menyeluruh (bird eye view) tentang kondisi di dalam desa tersebut.

Sayangnya, penggunaan POV yang berpindah-pindah ini tidak selalu efektif. Karena tidak dicantumkan naratornya, jadi itu terkadang membingungkan

Secara keseluruhan, meskipun gaya penceritaannya masih terasa amatir dan beberapa bagian terasa terburu-buru, Lemonade Granny adalah novella yang cukup menarik dan berani.

Ia tidak sempurna, tapi berhasil membungkus pesan sosial dalam balutan misteri yang menggugah.

Bagi pembaca yang menyukai kisah kehidupan dengan nuansa melankolis, relasi keluarga, dan gaya penulisan yang lirih namun tajam, novel ini layak untuk dijelajahi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak