Hari ini, 7 Agustus 2025, bioskop Indonesia diramaikan oleh kehadiran Pamali: Tumbal, film horor ketiga dari semesta Pamali yang udah punya nama di hati penggemar horor lokal.
Setelah nonton Lyora: Penantian Buah Hati langsung lanjut nonton film yang disutradarai oleh Bobby Prasetyo dan diadaptasi dari game horor populer Pamali: The Little Devil buatan StoryTale Studios. Film ini bikin penonton deg-degan sekaligus penasaran dengan cerita yang kental banget nuansa budaya Indonesia.
Dengan durasi 95 menit, Pamali: Tumbal menghadirkan perpaduan horor, misteri, drama keluarga, dan sedikit bumbu komedi yang bikin pengalaman nontonnya nggak cuma menyeramkan, tapi juga menghibur. Yuk, kita ulas lebih dalam!
Pamali: Tumbal mengisahkan Putri Dewi Kuncoro (Keisya Levronka), seorang gadis desa yang hidupnya mendadak berubah jadi mimpi buruk setelah ibunya, Ambar (Djenar Maesa Ayu), hilang secara misterius.
Desa tempat tinggal Putri memang udah lama diteror kejadian aneh: perempuan-perempuan lenyap tanpa jejak, dan uang warga sering dicuri tanpa alasan logis. Ketika ibunya ikut menghilang setelah mengambil “uang tumbal” karena terdesak ekonomi, Putri nggak tinggal diam.
Bersama dua sahabatnya, Kiki (Ummi Quary) dan Cecep (Fajar Nugra), dia nekat menelusuri petunjuk untuk menemukan sang ibu. Petualangan mereka membawa ke tempat-tempat angker, dari hutan seram, pabrik tua yang creepy, sampai rumah kosong yang dihuni makhluk halus kayak tuyul dan kuntilanak hitam.
Plotnya sederhana, tapi dieksekusi dengan cara yang bikin penonton terus bertanya-tanya: apa hubungan semua ini dengan praktik pesugihan?
Ceritanya sendiri ngangkat tema pamali—larangan adat yang kalau dilanggar bisa bikin petaka. Di film ini, pamali yang dihighlight antara lain keluar rumah pas malam, ngomong sembarangan, dan foto bertiga (katanya sih yang di tengah bisa kena sial!).
Tema ini relate banget sama kehidupan masyarakat Indonesia, apalagi yang masih percaya sama mitos lokal. Pesan moralnya juga kental, ngingetin kita buat nggak sembarangan langgar tradisi dan hati-hati sama godaan pesugihan yang bisa bikin hidup hancur
Ulasan Film Pamali: Tumbal

Secara visual, Pamali: Tumbal punya kekuatan di sinematografi dan tata suara. Warna-warna dingin, pencahayaan minim, dan pengambilan gambar yang bikin suasana terasa sempit sukses bikin penonton ikut ngerasa terjebak di dunia horor film ini.
Lokasi syuting kayak hutan angker, pabrik tua, dan rumah kosong dipilih dengan cerdas, bikin setiap adegan terasa hidup dan bikin bulu kuduk merinding.
Tata suara juga juara—dari bisikan samar, langkah kaki yang bergema, sampai teriakan tiba-tiba yang bikin jantungan. Efek visual buat tuyul dan kuntilanak hitam nggak lebay, tapi cukup creepy.
Tuyul digambarkan sebagai anak kecil dengan mulut lebar dan gigi tajam, sementara kuntilanak hitam punya aura dendam yang bikin ngeri. Bobby Prasetyo memang berhasil bikin dua hantu ini tampil beda dan lebih seram dibanding film horor lain.
Keisya Levronka tampil memukau sebagai Putri. Ekspresinya saat ketakutan, rasa bersalah, sampai tekad kuat untuk selamatin ibunya bikin karakternya punya bobot emosional.
Fajar Nugra dan Ummi Quary sebagai Cecep dan Kiki bawa warna tersendiri dengan celetukan mereka yang bikin aku dan penonton lain ketawa di tengah ketegangan.
Chemistry mereka bertiga bikin petualangan ini terasa nyata, kayak nonton trio sahabat beneran. Pemeran pendukung seperti Djenar Maesa Ayu, Verdi Solaiman, dan Aldean Tegar (DeanKT) juga nggak kalah oke, meski beberapa karakter sampingan terasa kurang digali.
Sayangnya, ada momen di mana komedi dari Kiki dan Cecep terasa agak berlebihan, tapi untungnya nggak sampai ganggu flow cerita.
Kelebihan Pamali: Tumbal ada di akar budaya yang kuat dan atmosfer horor yang dibangun dengan apik. Film ini sukses bikin aku merasa dekat sama ceritanya karena nuansa lokalnya kental banget.
Tema pesugihan dan pamali juga bikin film ini beda dari horor generik yang cuma ngandalin jump scare. Komedi dari Kiki dan Cecep jadi penyeimbang yang bikin film ini nggak cuma seram, tapi juga fun. Durasi 95 menit juga pas, nggak bikin bosan.
Tapi, film ini nggak luput dari kekurangan. Beberapa scare-nya terasa klasik dan gampang ditebak, jadi buat penggemar horor hardcore mungkin kurang greget.
Karakter Putri yang awalnya menarik sayangnya jadi agak datar begitu horornya mulai intens, mirip kayak karakter survivor di film horor pada umumnya.
Kedalaman cerita juga terasa kurang, padahal premis pesugihan ini punya potensi buat digali lebih dalam, apalagi soal motif dan konsekuensi dari praktik ilmu hitamnya.
Pamali: Tumbal adalah tontonan wajib buat pencinta horor lokal yang suka cerita berbau mitos dan budaya Indonesia. Film ini berhasil menghidupkan kengerian tuyul dan kuntilanak hitam dengan cara yang segar, sambil memberikan sentuhan drama keluarga yang bikin emosional.
Meski ada beberapa kekurangan, seperti scare yang agak klise dan karakter yang kurang mendalam, film ini tetep punya ruh dan atmosfer yang bikin penonton betah. Buat yang suka game Pamali, film ini juga jadi adaptasi yang cukup setia sama vibe aslinya.
Jadi, siap merinding dan ketawa bareng Putri, Kiki, dan Cecep? Cus ke bioskop mulai 7 Agustus 2025 dan rasain sendiri kengerian Pamali: Tumbal! Jangan lupa, hati-hati sama pamali di sekitarmu, ya, Sobat Yoursay! Rating dari aku untuk film ini: 8/10.