Memahami Diri Sendiri: Sebuah Renungan untuk Berdamai dengan Masa Lalu

Hikmawan Firdaus | Moch Gamal Triawan
Memahami Diri Sendiri: Sebuah Renungan untuk Berdamai dengan Masa Lalu
Sampul Buku Memahami Diri Sendiri (Gramedia.com)

Buku Memahami Diri Sendiri yang ditulis oleh Sofia Alvirzhie ini akan mengajak kita untuk lebih mendekat kepada diri sendiri, dan mengenalinya lebih dalam sebagai proses untuk berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan. 

Di awal buku, penulis menggunakan pendekatan psikologi untuk memudahkan pembaca dalam proses mencari jati diri. Penulis menjelaskan bahwa manusia menyimpan semua yang terjadi padanya erat di alam bawah sadar dan terus direpresi seiring dengan perkembangan. Tak lupa juga, penulis menyertakan sumber yang valid.

Kadang kala beberapa memori muncul ke permukaan atau memang dibiarkan sadar begitu saja oleh pemiliknya. Memori yang mencuat dari alam bawah sadar itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang berdampak kuat kepada sang pemilik, entah itu baik atau buruk.

Terkait hal tersebut, ada satu kisah yang dibawakan penulis dalam buku ini yang mana kisah ini bisa dijadikan sebagai renungan bagi Sobat Yoursay yang merasa relate. Kisah tersebut menceritakan tentang seorang anak perempuan 14 tahun yang bernama Alilin. Alilin merupakan anak yang ceria, tumbuh dengan kedua orang tua yang utuh dan, dan tinggal dalam lingkungan keluarga besar. Ia senang menjadi pusat perhatian dan memiliki banyak teman. 

Hingga suatu ketika, Alilin secara tidak sengaja melihat perselingkuhan pamannya dan temannya di salah satu kamarnya sendiri. Peristiwa itu membuatnya takut sekaligus jijik. Dia diam selama beberapa hari tanpa menceritakan hal itu kepada siapapun.

Seminggu setelahnya, Ailin melihat istri pamannya yang sedang hamil menangis. Ailin mendekatinya dan bertanya apa yang terjadi. Katanya, sang paman mulai berubah, dan tantenya punya banyak kekhawatiran mengenai masa depan bayi dalam kandungan. 

Namun, lambat laun, Ailin mengungkapkan apa yang dia lihat beberapa waktu lalu kepada tantenya itu. Mungkin karena si tante berjanji tidak akan mengungkapkan identitasnya sebagai pembongkar kisah perselingkuhan pamannya, atau mungkin karena kepolosannya sebagai remaja. Bisa pula karena dia ingin teman berbagi, sebab peristiwa yang dilihatnya cukup sulit ditanggungnya sendiri. la tidak tahu bahwa keputusan yang dia ambil bisa jadi salah.

Sejak saat itu, keadaan rumah berubah. Semua menjadi sulit. Si tante tak terkendali dan melabrak teman Ailin, selingkuhan pamannya, serta ingkar janji untuk tidak mengungkapkan Ailin sebagai pemberi info. Paman Ailin adalah orang yang keras. Saat itu, hujan cukup deras ketika sang paman menumpahkan segala kemarahannya kepada Ailin dan memintanya untuk pergi mencari tantenya.

Usia  Alilin masih sangat belia, tapi masa remajanya dipangkas habis seketika. Dia mendapat pemahaman dini bahwa pernikahan adalah sesuatu yang menakutkan, sembari berjalan di bawah hujan. Tangannya dingin menggenggam sang adik yang juga membiru. Tidak ada orangtua untuk bercerita, tidak ada pelindung, orang dewasa terlalu menakutkan, dan adiknya terlalu kecil untuk paham apa yang terjadi.

Beberapa kali dia bersembunyi di balik semak-semak ka-rena takut pamannya menemukannya. Disangka sang paman sudah pergi, dia pulang ke rumah. Ternyata dia salah, di rumah, sang paman tengah menunggu. Dia dibawa ke dalam kamar untuk kembali dimuntahi ucapan kasar. Tidak banyak yang diingat Ailin, kecuali perasaan takut dan menggigil serta sebutan sebagai penghancur rumah tangga orang.

Ailin tidak bisa berbuat apa-apa kala itu. Air matanya saja tidak berani untuk keluar. Dia diam bak batu cadas, kelihatan keras tetapi mudah pecah. Keluarga tidak ada untuknya saat itu. Teman-temannya pun lebih memilih wanita yang menjadi selingkuhan si paman karena dia lebih cantik, lebih terlihat salihah, lebih pintar, dan bisa bersilat lidah. Semua telunjuk berada tepat di depan wajah Ailin, seolah dia adalah makhluk paling berdosa.

Waktu sudah berlalu dan sekarang usia Ailin menginjak 20 tahun, sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang terjadi padanya kala itu. Dia berkata dia baik-baik saja, semua yang terjadi padanya tidak dia pikirkan. Kini dia bisa berkuliah, memiliki teman, dan bisa tertawa lagi.

Hingga suatu saat, kesadaran memukulnya telak. Ternyata dia tidak baik-baik saja. Dia berubah 180 derajat dari sebelum peristiwa terjadi. Keramaian membuat dadanya sesak, benar-benar sesak hingga tak bisa bernapas dengan baik. Jika terjadi masalah, dia akan pergi tanpa memberi kesempatan kedua atau berun-ding mengenai permasalahan itu. Dia menghindari pertemuan keluarga, dan kamar gelapnya menjadi tempat menyendiri. Temannya bisa dihitung. Belum lagi sikap skeptisnya pada wanita cantik.

Dari cerita Alilin ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa apa yang terjadi di masa lalu sangat berkaitan dengan apa yang terjadi pada masa sekarang. Saya rasa, cerita ini bisa memberikan gambaran kepada pembaca mengenai dampak dari luka batin yang selama ini diabaikan hingga memicu terjadinya keluhan secara mental dan fisik. 

Selain itu, buku ini juga membahas topik tentang memahami potensi dan kelemahan, tujuan hidup dan motivasi, real self vs ideal self, hingga peran dari significant other yang mana pembahasan tersebut akan terasa relatable bagi sebagian besar orang.

Menurut saya, buku Memahami Diri Sendiri ini bisa dijdikan sebagai bacaan pilihan buat Sobat Yoursay yang ingin mengenali diri lebih dalam untuk berdamai dengan masa lalu yang ternyata menyakitkan. Dengan gaya penuturan yang mudah dipahami menjadikan buku ini sangat pas untuk dibaca semua kalangan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak