Kalau ingin merenungkan, kira-kira pelajaran apa tentang uang yang selalu didapat anak perempuan dari orang tuanya? Jawabannya mungkin variatif. Tapi, biasanya anak perempuan diajarkan tentang bagaimana membelanjakan uang. Ibu sering mengajak anak perempuan untuk berbelanja ke pasar, ikut arisan, dan lainnya.
Di mata seorang anak, uang itu sepertinya mudah didapat dan perempuan cuma tahu cara menghabiskannya. Dalam lingkup keluarga pun, sering muncul stigma bahwa sebagai istri, perempuan hanya tahu cara menghabiskan uang suami.
Terkait hal tersebut, ada sebuah buku yang bisa menjadi panduan bagi para perempuan agar tetap berdaya dan tidak selalu dianggap sebagai beban keluarga dalam urusan finansial.
Yakni buku berjudul 'Menjadi Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya' yang ditulis oleh Prita Hapsari Ghozie. Sebagaimana judulnya, buku ini membahas edukasi tentang keuangan serta panduan dan kiat mengelola finansial untuk para perempuan.
Meskipun urusan mencari nafkah sebenarnya adalah kewajiban dan tanggungjawab suami sebagai kepala keluarga, tetapi perempuan memiliki peranan penting untuk mengelola keuangan rumah tangganya.
Menurut Prita, sebagai seorang perempuan, kita berhak untuk meraih kehidupan yang diinginkan. Khususnya dalam hal kebebasan finansial.
Hanya saja, banyak di antara para perempuan yang kerap kebablasan terkait pengaturan keuangan. Mudah tergiur dengan barang diskon, hobi kulineran, terjebak implusive buying, atau gemar check out perintilan-perintilan lucu di online shop dan tidak sadar bahwa keuangannya lagi boncos.
Oleh karena itu, edukasi tentang keuangan itu begitu penting untuk setiap perempuan agar tidak mudah terjebak dalam kebiasaan keuangan yang tidak sehat.
Nah, di buku ini Prita membahas kiat untuk meraih kebebasan finansial, tanpa harus mengorbankan kesenangan pribadi dan kehidupan sosial.
Kiat-kiat untuk mencapai hal tersebut di antaranya adalah dengan memperbaiki kebiasaan terkait pengelolaan keuangan rumah tangga (good money habit), mengurangi dan lepas dari jerat utang, menambah penghasilan dari berbagai bisnis, meningkatkan saldo tabungan, hingga belajar tentang investasi.
Di antara beberapa hal yang saya garis bawahi adalah pentingnya memisahkan antara harta investasi dan harta konsumsi.
Hal ini penting untuk diingat oleh perempuan karena kita seringkali terperangkap dengan ikatan emosional dengan barang-barang tertentu yang dianggap harta investasi. Misalnya pada investasi emas perhiasan.
Niat awalnya memang ingin mengamankan nilai uang dalam bentuk perhiasan agar terjaga dari inflasi, sekalian untuk dipakai atau dikoleksi. Namun saat ingin menjual emas tersebut, ada keterlibatan emosi yang membuat kita sulit melepaskan. Jadi, lebih baik kita memisahkan antara barang konsumsi yang dipakai dan barang untuk investasi.
Selain itu, dalam berinvestasi, jangan takut berbuat kesalahan. Menurut Prita, kerugian yang diderita dari kesalahan investasi ibarat uang sekolah untuk mendidik kita tentang masalah keuangan.
"Alih-alih membayar mahal untuk kuliah investasi, saya memilih untuk berinvestasi langsung dan berharap membuat kesalahan dalam lingkup yang kecil." (Halaman 183)
Saat menginvestasikan dana nganggur, Prita juga menyarankan agar kita punya target. Jadi, jika keuntungan sudah mencapai 10%, maka lepaskanlah investasi tersebut.
Misal kalau targetnya punya dana buat liburan keluarga, kita bisa berinvestasi di saham. Jika nilainya sudah naik hampir 50% dan uangnya sudah cukup buat liburan, jual saham tersebut dan masukkan ke deposito.
Nah, selain tips seputar investasi di atas, masih ada beberapa hal menarik lain seputar keuangan yang menarik untuk disimak.
Jadi, jika kamu seorang perempuan yang ingin belajar tentang cara meraih kebebasan finansial dan tips seputar pengaturan keuangan keluarga, buku ini bisa menjadi salah satu rekomendasi bacaan yang menambah wawasan!