Kadang, film animasi untuk anak-anak bisa terasa seperti permen warna-warni. Manis, lucu, dan gampang dinikmati. Namun, ‘The Twits’, film animasi terbaru dari Netflix yang tayang sejak 17 Oktober 2025 dan disutradarai Phil Johnston, rasanya tuh malah kayak permen yang jatuh ke tanah. Manis sih, tapi ada rasa ‘kotor’ yang dalam artian ‘nggak buruk’ tapi berani tampil beda.
Film ini diadaptasi dari karya klasik Roald Dahl, penulis di balik kisah ‘Matilda’, ‘Fantastic Mr. Fox’, dan ‘Willy Wonka’. Namun jangan harap kamu akan menemukan kisah anak-anak yang manis dan penuh moral simpel ya. Di tangan Phil Johnston ‘The Twits’ berubah jadi sindiran politik yang berbalut lelucon menjijikkan dan tawa anak-anak yang nggak polos gitu.
Penasaran? Sini Deh Kulik Bareng Kisahnya

Jadi tuh ada sepasang suami istri aneh bernama Mr. dan Mrs. Twit (disuarakan Johnny Vegas dan Margo Martindale). Mereka tinggal di kota kecil bernama Triperot, tempat yang dulunya indah tapi jadi suram setelah danau kering dan wahana hiburan mereka, Twitlandia, gagal total.
Dendam dan rasa iri membuat pasangan ini berniat merebut kembali kejayaan kota dengan cara paling konyol, yakni mencalonkan diri sebagai wali kota, melawan petahana flamboyan bernama Wayne John-John (Jason Mantzoukas).
Namun rencana licik mereka terganggu sama dua anak yatim piatu berhati lembut, Beesha Balti (Maitreyi Ramakrishnan) dan Bubsy Mulch (Ryan Anderson Lopez), yang secara nggak terduga bisa berkomunikasi dengan binatang. Mereka ditemani dua Muggle-Wumps, si monyet ajaib bernama Marty (Timothy Simons) dan Mary (Natalie Portman). Dari sini, petualangan absurd penuh kekacauan dan muntahan berbulu pun dimulai.
Semuanya Jadi Tampak Seru dan Konyol

Iya, dari awal, aku sudah bisa merasakan kalau Film The Twits bukan sekadar film lucu untuk anak-anak. Filmnya dikemas dengan gaya visual yang eksentrik, mulai dari warna-warna mencolok, desain karakter yang sengaja dibuat ‘jelek’. Ada begitu banyak adegan menjijikkan (terutama soal pantat dan muntahan) yang mungkin bikin orang dewasa mengernyit
Namun di balik itu, aku bisa melihat sesuatu yang lebih dalam. Film ini jelas menyindir keadaan dunia, terkait bagaimana ‘orang-orang bodoh’ bisa naik ke tampuk kekuasaan dan membuat kekacauan atas nama kepentingan pribadi.
Yang paling mengejutkan terkait keberaniannya menyisipkan sindiran sosial dan politik yang terasa sangat relevan di tahun 2025. Ada dialog, “Mungkin kita seharusnya mendengarkan anak kita daripada dua orang asing yang ditangkap di berita,” yang terasa kayak tamparan halus terhadap budaya informasi yang kacau dan masyarakat yang mudah termakan opini publik.
Sebagai penonton dewasa, aku nggak bisa nggak tersenyum getir. Namun, apakah anak-anak akan benar-benar mengerti pesan film ini? Mungkin nggak karena temanya terlalu dewasa.
Sebagai film keluarga, Film The Twits memang bukan yang paling sempurna. Ceritanya kadang terasa tergesa, dan karakter Beesha Balti dan Bubsy Mulch pun belum tergali dalam. Kendatipun begitu, keanehan dan ambisinya membuat film ini menonjol di antara animasi Netflix lain yang seringnya main aman.
Aku pribadi menikmati keberaniannya untuk tampil ‘jorok tapi jujur’, ‘konyol tapi bermakna’. Di tangan Phil Johnston, dunia Roald Dahl menjadi lebih modern, penuh warna, dan sedikit lebih manusiawi.
Kesimpulan moralnya, mungkin Film The Twits mengajarkan mau bilang bahwa dunia mungkin banyak orang bodoh, tapi selagi masih ada empati, kita belum sepenuhnya hilang arah.
Nah, bila Sobat Yoursay penasaran, langsung cek Netflix ya. Siapa tahu pengalaman nontonmu jauh lebih kaya dan jauh lebih merasa terhibur. Selamat nonton ya.