Film Mertua Ngeri Kali akhirnya menyapa penonton bioskop Indonesia mulai 11 Desember 2025, tepat di tengah hiruk-pikuk akhir tahun yang penuh kegembiraan.
Diproduksi oleh Im-A-Gin-E dengan Chetan A. Samtani dan Nisha A. Samtani sebagai produser, film ini disutradarai oleh Key Mangunsong, yang dikenal lewat karyanya seperti 1 Imam 2 Makmum.
Dengan durasi 107 menit, Mertua Ngeri Kali hadir sebagai drama komedi keluarga yang mengangkat isu klasik: hubungan mertua-menantu.
Dibintangi deretan aktor karismatik seperti Naysila Mirdad sebagai Andara, Corla Cynthia (atau akrab disapa Bunda Corla) sebagai Donda si mertua posesif, Dimas Anggara sebagai Raja sang suami, serta pendukung seperti Ghita Bhebhita sebagai Sondang dan Sophie Navita sebagai Rembulan, film ini langsung mencuri perhatian sejak gala premiere di Epicentrum XXI Jakarta.
Bagi yang penasaran, tiket sudah tersedia di jaringan Cinema XXI, CGV, dan bioskop lainnya sejak 5 Desember, dengan jadwal tayang harian yang padat hingga akhir Desember 2025.
Andara Hadapi Mertua Posesif yang Bikin Rumah Tangga Chaos!

Cerita film ini berpusat pada Andara, seorang penulis naskah sinetron kejar-tayang yang karirnya sedang naik daun. Hidupnya yang sudah hectic dengan deadline dan ide-ide liar tiba-tiba jungkir balik setelah menikah dengan Raja, seorang pemuda mapan tapi manja.
Masalah muncul saat Donda, ibu Raja yang berlatar belakang sosialita kaya raya, memutuskan untuk "mengambil alih" rumah tangga baru anaknya. Donda bukan mertua biasa; ia posesif, cerewet, dan punya standar sempurna yang membuat Andara merasa seperti bintang sinetron antagonis.
Dari konflik sehari-hari seperti memasak masakan "tradisional" yang berujung bencana dapur, hingga perselisihan soal gaya hidup modern versus norma lama, film ini menggambarkan dinamika keluarga dengan sentuhan humor absurd.
Tanpa spoiler, alur cerita mengalir dari kekacauan komedi fisik ke momen emosional yang menyentuh, menyoroti bagaimana prasangka bisa runtuh lewat pengertian. Skrip ditulis oleh Eginina Oey dan Henovia Rosalinda, yang berhasil menyuntikkan dialog tajam dan relatable, terutama bagi generasi milenial yang sering berhadapan dengan "mertua digital".
Secara Keseluruhan, Mertua Ngeri Kali unggul dalam penggambaran karakter. Naysila Mirdad membuktikan dirinya sebagai aktris serba bisa; ekspresinya yang campur aduk antara frustrasi dan gemas saat beradu akting dengan Bunda Corla benar-benar mencuri hati.
Bunda Corla, dalam debut layar lebarnya, tampil mencolok sebagai Donda—seorang wanita eksentrik yang bisa bikin aku tertawa ngakak sekaligus iba. Karakternya bukan sekadar mertua jahat yang klise, tapi punya lapisan emosional dari masa lalunya yang tragis, membuatnya relatable bagi banyak ibu rumah tangga Indonesia.
Dimas Anggara sebagai Raja berperan sebagai penengah yang awkward, menambahkan elemen romansa ringan yang manis tanpa berlebihan. Pendukung seperti Ghita Bhebhita membawa energi segar sebagai sahabat Andara yang sarkastik, sementara Sophie Navita menambah bumbu keluarga besar yang penuh intrik. Chemistry antar pemeran terasa alami, seolah mereka benar-benar keluarga yang ribut tapi saling sayang.
Review Film Mertua Ngeri Kali

Dari sisi teknis, Key Mangunsong sebagai sutradara menjaga ritme cerita dengan apik. Adegan komedi difilmkan dengan close-up dinamis yang menangkap ekspresi mikro, sementara momen dramatis menggunakan wide shot untuk menekankan isolasi emosional.
Sinematografi oleh tim Im-A-Gin-E terasa cerah dan hangat, dengan latar belakang Jakarta modern yang kontras dengan elemen tradisional seperti dapur Jawa. Soundtrack asli, termasuk lagu tema yang catchy, memperkuat nuansa keluarga—bayangkan irama gamelan campur pop kekinian yang bikin nostalgia.
Namun, bukan tanpa cela. Beberapa subplot, seperti karir Andara di sinetron, terasa kurang dieksplorasi, membuatnya lebih seperti pemanis daripada elemen inti. Humor fisiknya kadang berulang, meski tetap efektif untuk penonton keluarga. Satu lagi film ini mencerminkan keseimbangan itu sendiri yang menghibur tapi tak revolusioner.
Film ini relevan banget di era sekarang, di mana hubungan mertua-menantu sering jadi bahan meme di media sosial. Ini mengkritik secara halus soal patriarki terselubung dan ekspektasi gender, tapi dibungkus tawa agar tak terasa menggurui.
Bagi penonton yang bosan dengan romcom Hollywood yang klise, Mertua Ngeri Kali tawarkan perspektif lokal yang autentik—dari lelucon soal "nasi goreng vs. salad" hingga pelajaran tentang penerimaan diri. Ini bukan sekadar hiburan akhir tahun, tapi cermin masyarakat Indonesia yang penuh warna. Debut Bunda Corla saja sudah layak diapresiasi; ia berpotensi jadi ikon komedi baru.
Jadi bisa kusimpulkan, Mertua Ngeri Kali adalah pilihan sempurna untuk nonton bareng keluarga di bioskop akhir pekan ini. Dengan tiket terjangkau dan jadwal fleksibel, buruan pesan sebelum full house. Rating pribadi dariku 8.5/10.
Ini tak hanya bikin perut mules ketawa, tapi juga hati hangat. Di tengah banjir film impor, karya lokal seperti ini mengingatkan kita pada kekuatan cerita sederhana yang dekat dengan keseharian. Saksikan sekarang, sebelum sang mertua ngeri di rumahmu mulai curiga!