Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Annisa Zahrotun Nafiah
ilustrasi ibu dan anak (Pexels/Anastasia Shuraeva)

Hai ayah bunda. Pernah suatu ketika kita merasa kelelahan atau dititik keputusasaan kita dalam mengasuh si kecil? Terkadang kita sudah menghabiskan begitu banyak energi dan waktu bagi anak-anak untuk mencapai target-target yang kita inginkan, tetapi hasil yang kita peroleh tidak sepadan. Sehingga kita merasa bersalah, merasa lelah, merasa capek mengasuh anak kita. Dalam dunia parenting, perasaan tersebut merupakan sebuah parental burnout (perasaan lelah dalam mengasuh anak).

Parental burnout sendiri bukan merupakan sebuah penyakit mental ya. Ini hanya sekadar istilah populer di dunia parenting. Lalu, normal enggak sih kalau kita merasa lelah mengasuh anak? Dilansir dari halodoc.com, perasaan lelah dan capek dalam mengasuh anak bukanlah suatu yang memalukan. Bahkan perasaan itu harus diakui ayah dan bunda. Parental burnout ini bisa berpengaruh kepada kesehatan mental kita lho! Jadi tidak bisa dianggap enteng. Dampak parental burnout seperti, perasaan bingung, mudah lupa, sensitif, suka marah-marah, stres, merasa sendiri, merasa tidak berdaya.

Jika dibiarkan, parental burnout bisa mengganggu kesehatan mental ayah bunda. Keadaan ini juga akan mengganggu keharmonisan dalam rumah tangga. Misalnya saja, bunda mengalami perasaan parental burnout sampai depresi. Keadaan depresi akan membuat emosi bunda tidak stabil, komunikasi dengan pasangan menjadi buruk, sampai gairah seks menurun. Hal ini tentu akan mempengaruhi kedamaian hidup rumah tangga kita.

Jika, ayah bunda merasa sedang mengalami parental burnout, maka harus segera melakukan upaya-upaya mengatasinya. Berikut adalah beberapa tips mengatasi parental burnout:

1. Berbicara dengan pasangan

Komunikasi efektif adalah salah satu kunci keberhasilan dalam rumah tangga. Ketika ayah atau bunda mengalami parental burnout, sampaikan kepada pasangan. Jangan merasa malu apalagi gengsi mengatakannya. Sampaikan perasaan lelah kita. Sebagai pasangan, kita juga perlu memberikan dukungan agar tercipta hubungan yang kondusif. Mungkin bunda yang merasa lelah telah mengasuh anak seharian tapi masih saja anak mengalami tantrum, atau bunda sudah memberikan makanan bergizi untuk anak, tapi anak tetap tidak mau makan. Hal-ha seperti inilah yang dapat memicu parental burnout. Sehingga, kita perlu dukungan dari pasangan kita.

2. Olahraga ringan

Dikutip dari halodoc.com, olahraga ringan dapat meningkatkan energi dan hormon bahagia. Olahraga ringan juga isa membantu mengurangi stres dan depresi. Kita bisa berjalan-jalan santai keliling kompleks sambil melihat pemandangan sekitar rumah. Hal ini bisa membantu menjernihkan pikiran dan memberi dorongan untuk mengatur ulang aktivitas di dalam rumah agar lebih terkondisikan.

3. Jangan merasa bersalah

Jika bunda merasa lelah dalam mengasuh anak, jangan merasa bersalah. Perasaan lelah itu bukan suatu kesalahan. Bukankah manusia memiliki keterbatasan. Begitu pun dengan ayah bunda semua memiliki titik jenuhnya masing-masing. Tidak salah juga ketika ayah bunda merasa lelah, ayah bunda berhenti sejenak dari aktivitas pengasuhan anak. Fokus meluangkan waktu untuk diri sendiri juga tidak ada salahnya. Kebahagiaan bunda adalah hal terpenting dalam mengasuh anak. Karena hanya akan ada anak yang bahagia jika diasuh oleh orang tua yang bahagia.

Nah, jadi lebih paham bukan apa itu parental burnout? Bunda tidak harus menjadi superwomen untuk membahagiakan anak-anak. Nikmati saja proses mengasuhnya, jangan berekspektasi terlalu tinggi yang nantinya akan membuat ayah bunda capek sendiri. Orang tua yang sempurna bukan orang tua yang tidak pernah merasa lelah, tapi orang tua yang mampu bertahan dan tetap belajar memebrikan yang terbaik. Happy oareting

Annisa Zahrotun Nafiah