Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Desyta Rina Marta Guritno
Jorge Martin (Instagram/@88jorgemartin)

Pabrikan asal Italia, Ducati, saat ini memiliki dua atau bahkan tiga calon juara dunia MotoGP 2024. Mereka adalah Pecco Bagnaia, Jorge Martin, dan Marc Marquez.

Di antara mereka, Pecco dan Martin-lah yang berpeluang besar untuk merebut gelar. Sekarang pertanyaannya, siapakah yang lebih berpeluang lagi untuk menjadi juara dunia?

Secara statistik, Pecco Bagnaia sudah memiliki dua gelar juara dunia, sedangkan Jorge Martin belum sama sekali. Prestasi tertinggi Martin adalah meraih posisi runner up pada tahun lalu.

Inilah yang kemudian memunculkan teori liar dari para penggemar, jika Ducati sudah memiliki Pecco Bagnaia, akankah mereka membiarkan Jorge Martin menjadi juara dunia?

Pecco Bagnaia yang notabene pembalap asal Italia, berada di tim pabrikan, dan menjadi pembalap paling sukses di Ducati saat ini. Sedangkan Jorge Martin berasal dari Spanyol, merupakan pembalap Pramac (satelit Ducati), dan akan pindah ke tim lain untuk musim depan.

Sekilas, Ducati pasti akan lebih memprioritaskan Pecco Bagnaia untuk bisa meraih gelar ketiganya dibandingkan dengan Jorge Martin.

Akan tetapi, tidak ada bukti yang bisa membenarkan bahwa Ducati tidak memberi Martin 'senjata' yang sama seperti pembalap pabrikan lainnya.

Melansir dari laman Motorsport, semua pihak terkait telah menyatakan bahwa tidak akan ada yang berubah dan Martin akan terus menerima dukungan penuh dari pabrikan Italia tersebut hingga kompetisi ini berakhir.

Desas-desus semacam ini pun sudah pernah muncul musim lalu, saat Martin gagal meraih gelar juara dunia di GP Valencia 2023, banyak yang mengatakan bahwa Desmosedici GP23 miliknya telah disabotase.

Padahal faktanya, itu memang murni kesalahan Martin yang jatuh. Begitupula saat GP Sachsenring kemarin, di mana posisi puncak klasemen sementara diambil alih oleh Pecco Bagnaia.

Martin membuat kesalahan yang mengakibatkan dirinya jatuh, gagal finis, dan tidak mendapat poin. Hal ini jelas membuktikan bahwa pembalap Spanyol itu belum mampu mengelola tekanan dalam memperebutkan gelar.

Pembalap bernomor 89 tersebut diduga mengalami tekanan setelah Pecco Bagnaia meraih kemenangan 3 kali beruntun sekaligus super grand slam di GP Assen, yang membuat dirinya merasa harus membuktikan pada khalayak.

Ini kemudian menjadi hal yang wajar jika Ducati lebih memprioritaskan Bagnaia untuk menjadi juara dunia, karena memang Peccolah yang lebih siap dan pantas.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Desyta Rina Marta Guritno