Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Desyta Rina Marta Guritno
Pecco Bagnaia (Instagram/@Pecco63)

Pecco Bagnaia harus menelan kenyataan pahit pada sprint race MotoGP Jerman 2025 yang digelar di Sirkuit Sachsenring, kemarin malam (13/07/25).

Pembalap Ducati pabrikan tersebut menyelesaikan balapan dengan hasil yang mengecewakan, yakni hanya menempati posisi ke-12 usai memulai balapan dari grid ke-11.

Hasil ini menjadi salah satu catatan terburuk bagi Pecco musim ini, terlebih mengingat biasanya ia mampu bersaing di barisan depan. Terlebih lagi, Pecco sendiri merupakan pemenang GP Jerman musim lalu, tahun ini tentu dia berharap hasil yang positif.

Usai balapan, Pecco tak bisa menutupi rasa kecewanya. Ia mengaku meskipun sudah memahami data pembalap lain, itu tidak dapat mengubah keadaan dan tetap lambat sepanjang hari.

"Setelah setiap sesi, saya melihat data pembalap lain untuk memahami mengapa saya kehilangan dua detik setiap putaran. Memahami (masalah) itu tidak mengubah apa pun sepanjang hari. Saya selalu berada di level yang sama, lambat," ujar Pecco, dilansir dari laman Motorsport.

Lebih lanjut, Pecco juga terkejut dengan hasil yang dia peroleh ini, dia bahkan tidak bisa mengingat apakah pernah selambat ini.

"Awalnya, reaksi dan akselerasinya bagus. (Tapi) sisa hari itu, seperti mimpi buruk. Saya lambat, sangat lambat. Saya ingin memacu lebih keras, tapi saya tidak bisa. Sepanjang hari cengkeraman ban belakang saya sangat rendah. Saya kesulitan sekali mencari dukungan dari ban belakang," tambahnya.

Apa yang terjadi di sprint race seolah menjadi kelanjutan dari penampilan kurang meyakinkan Pecco pada sesi kualifikasi. Saat Q2 berlangsung, ia tak mampu menunjukkan kecepatan seperti biasanya dan mencatatkan waktu paling lambat di antara pembalap lain yang lolos ke Q2.

Akibatnya, Pecco harus rela memulai balapan sprint dari posisi sebelas, nyatanya Pecco tak bisa memperbaiki keadaan dan tetap berada di belakang selama balapan berlangsung.

Diketahui musim ini, Pecco kerap mengalami kesulitan dengan motor GP25 miliknya, terutama pada bagian depan yang terkait dengan feeling. 

Selain itu, Pecco juga sempat mengeluhkan perbedaan tangki bahan bakar yang digunakan musim ini dibanding motor sebelumnya. Perubahan itu membuatnya kesulitan menemukan keseimbangan ideal, sehingga mengurangi kepercayaan dirinya untuk menekan motor maksimal.

Dari 11 sprint race yang telah digelar musim ini, finis di posisi ke-12 menjadi hasil paling buruk yang diraih oleh Pecco. Tentu saja, pencapaian ini menjadi tamparan keras bagi Pecco yang berjuang melawan rival-rival berat seperti Marc Marquez.

Di saat Pecco mengalami badai performa yang menyedihkan, rekan setimnya tersebut justru meraih kemenangan yang solid dalam 4 seri terakhir. Jika Pecco kesulitan menaklukkan GP25, bagi Marc motor tersebut justru bagaikan senjata ampuh untuk melibas semua lintasan.

Tak hanya Marc, nyatanya tahun ini Pecco harus menghadapi adiknya juga, yakni Alex Marquez, yang tampil gemilang menggunakan motor GP24. Dibandingkan dengan Pecco, Alex lebih sering bertarung dengan Marc untuk memperebutkan posisi terdepan.

Meski demikian, Pecco tetap berusaha tegar dan memilih fokus menatap balapan-balapan berikutnya, sambil terus berupaya mengatasi masalah yang ia hadapi.

Pembalap asal Italia tersebut menegaskan akan berdiskusi mendalam dengan tim Ducati untuk menemukan solusi, terutama terkait permasalahan bagian depan motor yang selalu menjadi keluhan utamanya.

Baginya, menemukan kembali rasa nyaman di atas motor akan menjadi kunci untuk mengembalikan performa terbaiknya pada seri-seri selanjutnya. Juara dunia 2 kali itu sepertinya sudah tidak mengincar gelar musim ini dan hanya fokus untuk mengembalikan performanya.

Desyta Rina Marta Guritno