Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christof
Ilustrasi cantik (ROMAN ODINTSOV/Pexels).

Zaman terus berubah, pranata dan pandangan hidup masyarakat modern juga terus bergeser. Standar kecantikan pun sudah banyak berubah akibat kapitalisme, globalisasi, hingga pesatnya industri kecantikan yang tak terbendung. Kecantikan fisik tak hanya sebuah standarisasi, namun juga menuju komoditas bisnis, hingga menjadi dewa dan berhala baru yang wajib dipuja dan diagung-agungkan.

Selain ditekan dengan ribuan tuntutan sosial yang tak beralasan, kaum wanita masa kini harus dibebani lagi  dengan sebuah norma baru yakni kecantikan dalam aspek fisik dan jasmaniah. Selain sibuk merawat diri, memoles wajah, meluruskan rambut, memasang bulu mata super lentik, wanita masa kini seolah dituntut untuk terus menjaga kebugaran dan lekukan tubuh yang menggoda. Bahkan, tempat fitnes dan kebugaran menjadi tren akibat korban dari kekangan cara pikir, tuntutan, dan, obsesi yang begitu menyiksa tersebut.

Kecenderungan bagi wanita modern saat ini yakni munculnya bias bagi persepsi soal bagaimana arti dan makna kencantikan sesungguhnya. Ada yang percaya bahwa fisik menawan nan memesona harus dikejar dan diperjuangkan demi gambaran utuh kecantikan. Namun, ada juga yang percaya bahwa wajah cantik saja bukanlah apa apa jika tidak ditunjang dengan perilaku yang baik. Namun, jika kita mau jujur di dalam hati, kecantikan sebenarnya sangat relative dan abu-abu. Definisi dari sebagian orang akan berbeda atau justru berbanding terbalik dengan definsi orang lainnya.

Daripada harus menuntut dan menyiksa diri dalam jeratan kapitalisme dan komodifikasi kecantikan, wanita masa kini tentu haruslah dibekali cara berfikir dari sudut yang berbeda. Daripada tenggelam dalam obsesi dan rasa tak puas diri dalam gambaran ideal wanita cantik yang tak ada habisnya, seorang wanita harus memiliki prinsip sekuat baja. Bahwa menuruti standar kencantikan akan sangat melelahkan dan terjebak dalam lingkaran setan tak berujung dan bersifat semu nan fana. Mereka haruslah diyakinkan bahwa sebuah daya pikat dan ketertarikan yang cukup mendasar tak hanya datang dari kacantikan fisik semata.

Apa lagi kalau bukan kecantikan karakter dan nilai diri seorang wanita. Secara obyektif, sebenarnya wanita cantik bisa datang dari mereka kaum perempuan dengan karakter pribadi menawan, bakat-bakat mengesankan, keahlian yang patut diacungi jempol, nilai-nilai diri yang mengagumkan, hingga sikap dan cara berfikir positif dan membangun yang layak untuk diapresiasi  .

Wanita yang berani menegakkan kepala dengan penuh rasa yakin dan percaya pada diri sendiri juga sebuah modal kecantikan yang sesungguhnya. Kecantikan bisa datang dari rasa puas menerima dan menghargai diri sendiri baik kekurangan beserta kelebihannya.

Mereka kaum wanita yang cerdik pandai, memiliki pengetahuan luas dan kecerdasan dalam berbagai hal juga layak untuk memperkuat arti dari kecantikan yang sesungguhnya. Ditambah lagi dengan prinsip hidup , moral, dan integritas yang kuat tentu akan menambah karisma tersendiri bagi seorang wanita.

Terlebih bagi mereka yang yang memiliki motivasi tinggi, semangat menyala, tekad membaja, dan keberanian untuk bangkit berdiri menghadapi tantangan hidup. Tingginya ilmu dan kualitas pendidikan yang mengkristal dalam berbagai tindakan cerdas juga merupakan tambahan nilai tersendiri bagi kaum hawa.

Menjadikan diri lebih hebat melalui segudang prestasi dan kualitas diri memperindah makna kecantikan hakiki daripada hanya sibuk menjual pesona dan membalut diri dengan pakaian seksi pesolek ragawi. Wanita yang tampil dengan inspirasi hebat dan merubah dunia dengan segudang nilai, kapasitas, kecakapan, karakter dan prestasi luar biasa sangat layak untuk menyandang sebutan wanita cantik yang sangat memesona. Mereka  layaknya kilau berlian sangat langka dengan harga yang tak terkira.

Sebagai pamungkas tulisan ini, mungkin tepat jika boleh meminjam sepenggal kata mutiara seorang tokoh besar nusantara, Ahmad Mustofa Bisri.

"Percayalah, Kecantikan batiniahmu dapat memperelok lahiriahmu dan tidak sebaliknya."

Christof