Semua orang tentu memiliki impian tersendiri. Dan ada juga bermacam cara yang digunakan untuk mencapai mimpi tersebut. Ada yang berlari lebih cepat dari yang lain, ada yang bergerak perlahan penuh kehati-hatian, ada yang mengorbankan waktu istirahat, dan ada pula yang menyisihkan uangnya dari keinginan sesaat.
Semua orang berkorban dan berjuang lewat caranya masing-masing. Berjuang keras dan melewati semua kesulitan. Tapi pada akhirnya, setiap apa yang kita tanam tentu juga akan menemui masa untuk dipanen suatu saat nanti. Dan tentu, akan ada kepuasan sendiri kala melihat hasil perjuangan yang telah terlampaui hingga detik ini.
Saya punya banyak mimpi dalam hidup saya. Baik itu mimpi besar atau kecil, semua saya tulis dalam buku harian yang tiap pergi selalu saya bawa kemanapun. Teringat nasihat Eyang Bacharudin Jusuf Habibie, jika seseorang ingin berhasil dengan mimpinya, terlebih dahulu ia harus menjadi orang yang cinta dan juga setia pada mimpinya.
Saya menulis dan menata keinginan saya sejak saya duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Saya hanya anak kecil dari kampung yang punya mimpi-mimpi kecil dan sederhana. Seperti membeli boneka barbie seharga Rp. 40.000 di etalase toko yang begitu menawan sejak pandangan pertama. Atau pergi ke luar kota dan melihat hal berbeda yang belum pernah saya temui.
Sedari awal, saya menuliskan mimpi-mimpi saya sebagai sebuah target yang ingin saya capai. Dulu, hal kecil seperti pergi ke pantai atau bahkan masuk ke bangku perguruan tinggi terlihat sangat mustahil di mata saya. Tapi, kini semua hal itu justru telah berhasil saya jalani. Dan di tiap perjalanan yang saya lalui, semua memiliki kesannya sendiri. Semua memiliki kisah menarik yang ingin rasanya saya ceritakan pada seluruh dunia.
Saya tak pernah merasa bahwa saya orang yang ambisius. Saya hanya seorang anak yang tak tahu apapun, dan saya pergi untuk mencari tahu tentang segala hal yang membuat saya penasaran. Dan di sinilah kini saya berada. Di tangga terbawah untuk meniti mimpi-mimpi saya yang kecil dan sederhana lainnya.
Bagi saya semua hal butuh perjuangannya masing-masing, saya bukanlah satu-satunya orang yang berjuang dalam hidup ini. Semua orang berjuang lewat cara yang berbeda. Tapi yang pasti, saya selalu menjadikan tiap apa yang saya perjuangkan sebagai self-reward dalam hidup saya. Jika dapat ya alhamdulillah, jika tidak berarti memang bukan ditakdirkan untuk saya.
Baca Juga
-
Tutorial Jadi Orang Keren di Buku "Seni Berbicara" Karya Larry King
-
Siap-Siap Dibikin Greget Sama Webtoon "The Problematic Prince", Yakin Kuat?
-
Ulasan Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah: Suara Lantang dari Pinggiran Negeri
-
Sistem Lemah, Visi Tak Berkembang: Catatan dari Sindrom Nobita
-
Saat Naik Gunung Tak Semudah FYP TikTok dalam Novel Sweet Edelweiss
Artikel Terkait
Kolom
-
Sayang Pada Buku Bukan Berarti Pelit: Memahami Hati Seorang Bibliotaph
-
Pasak Lebih Tinggi dari Tiang: Potret Suram Keseimbangan Fiskal Indonesia
-
Dari Iklan ke Film: Bagaimana Media Membentuk Citra Perempuan?
-
Representasi Perempuan di Layar Kaca: Antara Stereotip dan Realitas
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
Terkini
-
Bojan Hodak Diam-Diam Ungkap Strategi Persib Bandung di Piala Presiden
-
Buku Rahasia Napas untuk Ketenangan Hidup, Solusi Bagi yang Suka Cemas!
-
Diisukan Gabung Red Bull, Carlos Sainz Tegaskan Tetap Bersama Williams
-
Resmi, Anime Frieren: Beyond Journey's End Season 2 Rilis Januari 2026
-
Review Film The Old Guard 2: Aksi Abadi yang Terasa Hampa