Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Ruslan Abdul Munir
Ilustrasi Pria Membaca (Pexels/Thirdman)

Manusia hidup di dunia tentu memiliki sistem kepercayaan atau yang biasa disebut dengan agama. semua manusia tentu percaya akan adanya Tuhan meskipun agama mereka berbeda-beda. Karena pada dasarnya manusia di muka bumi adalah tidak sama, baik dalam aspek geografis, filosofis, maupun biologis.

Manusia cenderung akan mengikuti para pendahulunya. Agama yang berbeda-beda pada dasarnya sama, sebab mereka mempercayai adanya Tuhan, yang membedakan adalah cara mereka dalam menjalankan perintah Tuhannya masing-masing.

Karena manusia membutuhkan petunjuk dan pedoman dalam menjalankan kehidupan, sehingga mereka menjadikan Tuhan sebagai unsur utama dalam sebuah kehidupan. Manusia tahu bahwa Tuhan itu wajib ada karena pada dasarnya bersumber dari akal pikiran yang dimilikinya yang sifatnya cenderung dinamis, artinya berubah ubah.

Dalam agama Islam sendiri, Allah adalah zat yang Maha Esa. Allah Maha Esa artinya adalah Allah hanya ada satu. Terkadang seseorang berpikir tantang keberadaan Allah yang sifatnya Esa/satu, mengenai bagaimana bisa Allah mengurusi jutaan umat manusia di dunia sedangkan Allah hanya satu, bagaimana caranya Allah bisa memberi rezeki pada jutaan umat di dunia dalam satu waktu, sedang Allah hanya satu.

Sebenarnya jika ditinjau dalam sudut pandang ilmiah, hal tersebut tidak sewajarnya terjadi pada manusia. Kita tidak boleh membayangkan atau metafsirkan keberadaan, bentuk, tempat,  atau pun yang sifatnya tidak masuk di akal manusia. Dalam meyakini Allah Maha Esa, kita hanya perlu mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah satu. 

Konsep manusia dalam perspektif filsafat islam menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang unik yang diciptakan sempurna dari makhluk lainnya. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ruh, nafs, qolbu, dan hawa. Meski secara harfiah terpisah tetapi secara hakikat mereka menyatu.

Selain itu filsafat manusia yang paling tua adalah materilisme dan idealisme. Materialisme meyakini bahwa esensi kenyataan di dalamnya termasuk esensi manusia yang bersifat material atau fisik. Sedangkan idealisme adalah kebalikannya , menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual. Para idealis percaya bahwa ada kenyataan spiritual di belakang setiap kejadian  yang terjadi di dunia.

Sementara itu konsep manusia dalam perspektif wahyu dalam islam artinya di dalam Al-Quran manusia merupakan salah satu subjek yang dibicarakan, terutama menyangkut asal-usul dengan konsep penciptaannya, kedudukan manusia, dan tujuan hidupnya.

Salah satu ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hal tersebut adalah Q.S Al-Kahfi ayat 110 yang artinya "Katakanlah, sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku. Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada tuhannya".

Sehingga manusia sudah selayaknya memahami agamanya serta berlajar memperdalam agama pilihannya. Adapun terdapat beberapa metode dalam memahami islam, yaitu sebagai berikut :

  1. Metode komparasi adalah metode memahami Islam dengan membandingkan seluruh aspek Islam dengan agama lainnya agar tercapai pemahaman Islam yang objektif dan utuh. 
  2. Metode sintesis adalah metode memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah dengan metode logis normatif.
  3. Metode tipologi adalah metode yang melibatkan dua ciri penting yaitu dengan mengidentifikasi lima aspek agama dan membandingkan kelima aspek tersebut dengan aspek agama lain.

Demikian penjelasan terkait konsep manusia dalam Islam, semoga kita semua bisa lebih memahami dan memperkaya pengetahuan terkait sistem kepercayaan atau agama yang menjadi pedoman dalam kehidupan kita.

Ruslan Abdul Munir