Pada Selasa, 4 Oktober 2022, kelas kami kedatangan siswa baru, pindahan dari Bogor. Sebagai guru, saya memandang kedatangan siswa baru itu sebagai pintu kesempatan untuk belajar muatan pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam muatan pelajaran Bahasa Indonesia, ada materi wawancara atau kegiatan bertanya-jawab antara penanya dengan narasumber. Maka saya punya gagasan, menjadikan siswa baru tersebut sebagai narasumber. Sedangkan para siswa lain beralih peran menjadi penanya. Topiknya, apa lagi kalau bukan seputar identitas siswa baru itu dan kegiatan kesehariannya sebelum pindah ke Purbalingga?
Ya, betul. Momen ini sebetulnya adalah momen perkenalan siswa baru. Tapi daripada siswa baru itu bermonolog menyebutkan identitas diri di muka kelas, saya kira akan lebih bermanfaat dan berdampak apabila momen tersebut diubah menjadi ajang pembelajaran wawancara, walau mungkin sederhana saja.
Maka, setelah kegiatan pembuka seperti berdoa bersama dan apersepsi, siswa baru berjenis kelamin perempuan itu, saya minta maju ke muka kelas, berdampingan dengan saya. Kami duduk bersebelahan, menghadap 21 siswa lain.
Saya mengubah peran menjadi moderator. Saya paparkan mekanisme wawancara dan prosedurnya. Saya jelaskan tugas penanya, narasumber, dan moderator.
Lalu dimulaikan proses tanya-jawab. Tidak semudah yang saya bayangkan, karena dari pihak penanya maupun narasumber sama-sama kelihatan canggung, sebab satu sama lain belum kenal.
Untuk menetralisir kecanggungan, sayalah yang mula-mula mengajukan pertanyaan-pertanyaan diselipi guyonan, agar suasana cair dan ketegangan pudar.
Saya sampaikan kepada siswa kalau ada reward bagi siapa pun yang mau bertanya. Mendengar ini, dua-tiga anak mulai mengangkat tangan. Pertanyaan yang diajukan sederhana saja. Namun saya mengapresiasinya dengan antusias.
Siswa lain terpacu untuk ikut berkomentar. Mendapat umpan balik dari saya mengenai kualitas pertanyaan, membuat mereka makin terpacu. Makin lama, pertanyaan yang diajukan semakin berbobot.
Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih empat puluh lima menit ini diakhiri secara menyenangkan. Secara umum, para siswa, tidak lagi segan bertanya. Suasana kelas pun kurang tegang alias lebih kendor. Tidak jarang, siswa tertawa dalam menanggapi siswa lain atau saya.
Dari kegiatan ini, saya harap, siswa semakin sadar, bahwa kegiatan wawancara atau tanya-jawab ternyata tidak harus dibuat sukar. Cukup dimulai dengan pertanyaan sederhana.
Melalui kegiatan pembelajaran ini, siswa belajar untuk berani mengungkapkan pendapat atau pertanyaan, mengasah percaya diri, melatih unjuk diri di depan khalayak, dan lebih memahami materi muatan pelajaran Bahasa Indonesia. Semoga. Aaamiin.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Ingin Lolos Interview Kerja? Ikuti Langkah Berikut!
-
Viral Siswa SD Dianiaya Kakak Kelas di Kabupaten Bulukumba, Korban Ditampar dan Ditendang
-
Siswa SMK Fatahillah Tewas Tertabrak Kereta Api, Terseret Hingga 120 Meter
-
4 Hal Penting yang Harus Diperhatikan saat Wawancara Kerja
-
Penting Bagi Siswa SMP: Polisi Mengimbau Agar Tidak Bawa Sepeda Motor Bila Belum Memiliki SIM
Kolom
-
Tambang di Raja Ampat: Ketika Pengecualian Jadi Jalan Resmi
-
Sepiring Nasi Tumpang di Hari Raya, Cerita Persaudaraan yang Tak Terlupakan
-
Jangan Malu Jadi Pembaca Buku: Membaca Itu Gak Bikin Kamu Antisosial
-
Mie Ayam, Bukti Cinta Ibu untuk Anak di Perantauan: Jangan Lupa Makan, Nak!
-
Rendang Kiriman Ibu: Sepiring Rindu di Tanah Perantauan
Terkini
-
4 Momen yang Ciptakan Ending Sempurna di Drama Korea "Second Shot At Love"
-
Pantai Sawangan, Surga Tersembunyi di Nusa Dua Bali
-
F Girl oleh Baby DONT Cry: Ungkap Jati Diri Tanpa Peduli Omongan Orang Lain
-
ENHYPEN Pamerkan Aura Bad Boy Pemberani dalam MV Outside, Unjuk Sisi Baru?
-
Ulasan Novel Courtroom Drama: Antara Hati, Hukum, dan Masa Lalu yang Belum Usai