Siswa fase F1 SMA Negeri 1 Purwakarta yang tergabung dalam kelompok pertama telah melakukan banyak persiapan pada gladi bersih sejak hari Jumat (25/4/2025) setelah melaksanakan pembelajaran, dimulai dari berbagai properti, akting, dan pemutaran musik.
Hal tersebut untuk memaksimalkan pementasan pada esok hari dalam proyek kolaborasi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Indonesia di hari Sabtu (26/4/2025). Sebanyak 18 siswa memiliki tugas masing-masing untuk bahu-membahu menyukseskan pementasan teater.
Siswa tersebut di antaranya: Raisan Natadirja sebagai ketua; Mutiara Ronelson dan Indri Pebriani sebagai sekretaris; Meydina Rahmadila dan Keysa Rafeyfa Asyla sebagai bendahara; Aurelia Putri Kaila, Siti Rafal Kasyfiyah, dan Salsabila Aulia Azmi sebagai penulis naskah.
Rafifah Nurussalamah, Ni'mah Khanifatun Nuha, dan Anggraini Cahya Ningrum sebagai penata busana dan tata rias; Dhesya Qorynnul Hakim, Raisya Naila Athira, dan R. Wifa Arga Wimala sebagai tim properti; serta Rizky Pratama Riyanto dan Zidane Muraz sebagai penata musik.
Potret 18 Siswa Dibalik Teater Berjudul "Kala Sunyi Bersuara"
Sebelum pelaksanaan, mereka mulai berdiskusi untuk menuliskan ide, mencari musik, membuat properti, dan mencatat seluruh barang atau peralatan yang diperlukan. Raisan sebagai ketua juga telah mengoordinasikan kepada seluruh tim untuk menuliskan beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
Latihan pun dimulai ketika naskah sudah selesai dibuat oleh penulis. Kemudian, pengarah gerakan dan karakter aktor dalam melakukan akting dipandu oleh penulis naskah utama yakni Aurelia Putri Kaila. Bersama dengan penyesuaian suara aktor dalam bernyanyi melalui timing yang pas oleh soundman.
Pertunjukan teater ini berjudul Kala Sunyi Bersuara yang mengisahkan perjalanan Ghesya (Mutiara Ronelson). Ia merasa terabaikan dan tidak dihargai oleh ayah bernama Anwar (M. Fauzi Rahman) dan ibu bernama Farah (Meydina Rahmadila).
Meski dirinya penuh semangat untuk mengembangkan dirinya melalui berbagai lomba, tetapi Ghesya malahan menerima penolakan dari kedua orang tuanya dan mendapatkan kritik yang membuatnya merasa tidak diinginkan.
Saat di tengah kesepiannya yang begitu menyedihkan, ia menemukan dukungan dari seseorang bernama Kaivan (Raisan Natadirja) yang menjadi tempat dirinya untuk bercerita dan berlabuh. Lelaki itu mengajarkan Ghesya untuk mencintai dirinya sendiri.
Namun, dalam kesunyian itu hanya Kaivan yang mampu melihat luka di balik senyum Ghesya. Kaivan menjadi satu-satunya pelindung saat Ghesya harus menghadapi perundungan kejam dari Rehan (R. Wifa Arga Wimala), Nisa (Ni'mah Khanifatun Nuha), Gwen (Rafifah Nurussalamah), dan Rani (Keysa Rafeyfa Asyla) yang tanpa henti mengolok dan merendahkannya.
Setelah itu, Ghesya akhirnya memberanikan diri bersuara kepada kedua orang tuanya yang menumpahkan luka-luka yang selama ini terpendam. Untuk pertama kalinya, kedua orang tuanya mendengar, merasakan, dan menyadari betapa dalamnya kesalahan yang telah mereka lakukan.
Dalam pelukan yang lama tertunda, keluarga itu berusaha menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang telah lama berserakan. Melalui Kala Sunyi Bersuara, secara ringkas bercerita tentang sebuah perjuangan anak untuk didengar, kekuatan sahabat sejati, dan harapan yang lahir dari keberanian mencintai diri sendiri.
Pertunjukan teater digelar untuk memenuhi tugas mata pelajaran yaitu Seni Budaya dan Bahasa Indonesia, dengan guru pembimbing adalah Osi Priatna, S.Pd., dan Rika Hairani, S.Pd. Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, kerja sama, dan kolaborasi.
"Tidak ada yang siap untuk melihat anak memohon cinta dari orang tuanya. Aku menangis sampai akhir pertunjukan," ucap penonton yang menyaksikan. Apalagi karakter orang tua Ghesya sangat benar-benar kejam dan pemarah membuat orang fokus dengan adegan yang diperankan hingga berjatuhan air mata.
Harapannya dengan adanya pertunjukan teater dari alur cerita ini dapat membuat orang tua lebih peka terhadap perasaan anak-anaknya, tidak hanya menuntut tanpa memberi kasih sayang. Selain itu, terkadang yang dibutuhkan orang itu bukanlah solusi, tetapi hanyalah pelukan dan perhatian.
Baca Juga
-
Pejabat Asal Bicara: Apakah Tanda Krisis Retorika yang Tumpul?
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
Kecurangan Pelaksanaan TKA 2025: Cermin Buram Rapuhnya Nilai Integritas?
-
Menimbang Kesiapan TKA 2025: Dari Gangguan Server hingga Suara Siswa
-
Dana Masyarakat: Antara Transparansi Pemerintah dan Tanggung Jawab Warga
Artikel Terkait
-
Rayakan Hari Kartini, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar Parade dan Fashion Show
-
OM Lorenza: Pelipur Lara Kala Indonesia Tidak Baik-Baik Saja
-
Sensasi Karpet Terbang dan Akrobat Udara, Hiburan Libur Lebaran yang Tak Boleh Dilewatkan!
-
Edukatif! Ekskul MMBC SMA Negeri 1 Purwakarta Garap Film Pendek Tema Bersedekah
-
Review Sing Sing: Ketika Seni Menjadi Obat Luka di Balik Jeruji Besi
News
-
Pikir Dua Kali Sebelum Menebang Pohon, Ini 5 Dampak yang Sering Diabaikan
-
Eks Menpora Beberkan Alasan Cerai, Bukan karena Davina Karamoy?
-
Mulai dari Rumah, Inilah 7 Cara Sederhana Menerapkan Green Living
-
Buntut Dokumenter Kontroversial, Trump Tuntut BBC Ganti Rugi Miliaran Dolar
-
Kawula17 Dorong Orang Muda Aktif Mengawal Kebijakan Iklim
Terkini
-
Hemat Waktu dan Tenaga, Ini 7 Cara Efektif Membersihkan Rumah
-
4 Cleanser Korea dengan Kandungan Yuja untuk Wajah Sehat dan Glowing
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Rilis Trailer, Film Alas Roban Kisahkan Teror Mistis di Hutan Angker
-
Totalitas Tanpa Batas: Deretan Aktor yang Rela Ubah Penampilan Demi Peran