M. Reza Sulaiman | Ernik Budi Rahayu
Ilustrasi Anak Muda Bersihkan Sampah di Pesisir (pexels.com/Ron Lanch)
Ernik Budi Rahayu

Tak bisa dimungkiri, salah satu persoalan yang membandel di negara kita adalah masalah sampah. Di berbagai wilayah, kita selalu menjumpai persoalan ini, tak terkecuali masalah sampah yang ada di wilayah pesisir.

Dilansir dari Mongabay, di pesisir Sumatra Utara, krisis plastik terjadi hingga mengubah wajah kawasan pesisir. Konsumsi plastik yang meningkat ditambah absennya sistem pengelolaan sampah yang baik membuat limbah akhirnya bermuara ke laut. Kondisi ini membuat sekelompok anak muda memulai aksinya dengan membentuk Bank Sampah Yamantab yang hadir sejak tahun 2022. Mereka menolak plastik yang sifatnya hanya sekali pakai dan mengedukasi warga untuk mengolah limbah sampah menjadi produk yang lebih berguna.

Sama seperti anak muda di pesisir barat Sumatra Utara, di Jakarta Utara, anak muda yang tergabung dalam komunitas Clean and Green turun membersihkan pesisir Kampung Nelayan Kamal Muara. Dilansir dari Metrotvnews, mereka bersama warga menyusuri permukiman dan garis pantai yang dipenuhi sampah plastik dan limbah rumah tangga.

Aksi ini dilakukan oleh mereka secara rutin, tanpa adanya sorotan besar. Bagi mereka, membersihkan sampah bukan soal citra kepedulian, melainkan respons atas kenyataan bahwa lingkungan tempat hidup banyak orang kian terancam.

Kepedulian yang Lahir dari Akar Masalah

Ketiga peristiwa di atas telah memperlihatkan satu hal penting: ada kepedulian anak muda terhadap pesisir yang lahir dari perjumpaan langsung mereka dengan akar masalah. Kepedulian mereka tidak menanti ahli lingkungan atau harus memiliki legitimasi formal. Para pemuda ini bergerak karena sudah sadar bahwa pesisir yang tadinya bermanfaat telah berubah menjadi membahayakan bagi hidup manusia lintas generasi.

Ada satu benang merah yang dapat diambil dari peristiwa ini, bahwa kita tak bisa lagi bersikap netral dalam menghadapi kerusakan ekologis.

Kepedulian anak muda memang terlihat sederhana, tetapi mereka menunjukkan bahwa kepedulian ekologis sering kali lahir dari pengalaman yang sederhana. Hanya karena terganggu melihat pesisir tempat wisata mereka, misalnya, mereka yang berhadapan langsung dengan masalah tersebut akhirnya memutuskan harus mengambil aksi yang nyata.

Pembelajaran selanjutnya adalah bahwa sampah yang mereka kumpulkan adalah jejak nyata dari gaya hidup manusia. Kesadaran dari anak-anak muda ini akan mendorong refleksi diri bagi mereka sendiri dan orang lain agar bisa mengubah kebiasaan sehari-hari yang mungkin buruk bagi lingkungan.

Panggilan untuk Pemerintah dan Kita Semua

Kepedulian anak muda terhadap pesisir ini mungkin nantinya juga akan menjadi pembelajaran yang menimbulkan solusi, khususnya dari pemerintah. Agar mereka bisa membenahi masalah sampah di pesisir melalui sistem pengelolaan sampah yang lebih baik. Pemerintah juga bisa memberikan edukasi kepada warga lokal, layaknya apa yang dilakukan oleh anak-anak muda ini.

Namun, pembelajaran bagi kita semua adalah bahwa untuk peduli terhadap pesisir, kita tidak perlu menunggu sistem yang sempurna ataupun perubahan dari sistem itu sendiri. Kita bisa memulai dari apa yang bisa dilakukan oleh diri sendiri. Salah satu contohnya adalah membersihkan sampah-sampah yang berserakan di lingkungan pesisir.

Di tengah krisis ekologis pesisir yang kian kompleks, penulis sangat menghargai sikap para pemuda yang peduli ini. Kepedulian mereka, yang hadir dengan aksi nyata, menyadarkan kita semua bahwa sekecil apa pun kesadaran itu, ia dapat mengubah cara kita hidup.

Dari sampah-sampah pesisir yang dibersihkan oleh anak muda secara rutin, kita akhirnya tahu satu hal mendasar: perubahan bisa dimulai ketika kita peduli.