Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Sri Ayuningsih
Ilustrasi orang yang sedang berdoa (Shutterstock).

Aku tak tahu

Apakah ini keyakinan karena Allah?

Yakinnya hati kau juga merasakan hal yang sama padahal hatimu hanya DIA yang tahu

Aku manusia yang hanya mampu menerka dan berusaha

Mungkinkah kamu yang selama ini kujaga dalam doa?

Aku masih takut menulis namamu bersamaku dalam bait-baitku disela rincik hujan

Aku hanya mampu menyertakanmu dalam bait-bait penjagaanku

Dalam senyap yang kuharap itu kamu

Bukan pangeran dengan kuda putihnya atau dia yang menjemputku dengan ferrari putih 

Cukuplah kamu dengan sorban putih itu dan caramu menjaga hati karena-Nya

Namun ketika aku tahu kamu merasakan hal yang sama

Mengapa aku justru semakin cemas?

Cemas akan suatu rasa yang aku sendiri pun belum berhak

Ketakutanku pada-Nya mengalahkan rasa ini padamu

Kecemasan akan pengharapan yang lebih selain pada-Nya

Yang membuatku patah tuk sekian kalinya

Maaf...

Kini aku membisu bukan karena hasrat dan rasa ini telah hilang

Namun aku mencoba yakinkan hati akan adanya pertemuan disisa usia atas ridho-Nya

Maaf...

Kini aku membuat jarak, sungguh bukan maksudku terperangkap dalam doa

Benar, kedekatan kita telah ditentukan atas-Nya

Namun aku tetap takut kedekatan ini yang salah karena telah membuatku terbiasa dan berharap lebih padamu 

Pada dirimu yang ternyata menimbulkan keraguan

Pada dirimu yang entah dengan siapa nantinya

Maaf...

Kini akupun tak takut jika harus kehilanganmu

Karena jauh lebih sakit jika aku harus kehilangan ridho-Nya

Untuk apa pengungkapan dan pembuktian bila belum pada waktunya?

Hanya DIA yang bersumpah demi masa yang mengetahui saat terbaik terbuktinya pengungkapan

Sungguh, DIA lah yang mengetahui yang ghaib

Semoga Allah menakdirkan kebaikan bagiku dimana saja adanya

Dan siapapun dia entah itu kamu atau bukan yang penting Allah ridho

Serta menjadikan hatiku meridhoinya

Untuknya yang tertulis di Lauh Mahfuz

Sri Ayuningsih