Ilustrasi Senja (Pexels.com/Samuel Silitonga)
Tanpa arah, aku melamun melihat mentari
Semesta terus berjalan, pun begitu dengan diri ini
Tanyaku kian meninggi tak terkendali
Ia lalu terjebak, tak tahu arah destinasi
Mentari hampir tenggelam, adzan berkumandang
Aku tersadar tapi masih terperangkap dalam bimbang
“Sudahlah! Sekarang saatnya sembahyang”
Ucap nuraniku yang paling dalam
Saat itu, aku dikepung ketidakpastian
Pikiranku berlarian, menerka apa yang terjadi di masa depan
Saat itu, aku benar-benar terbungkam
Hening, dalam doa yang kulangitkan
Januari 2021
Baca Juga
-
Menggugat Sekolah yang 'Tak' Bersalah
-
Film Encanto: Tak Ada Keluarga yang Benar-benar Sempurna
-
Doctor Strange MoM: Menyelamatkan Dunia Bukan Perkara yang Membahagiakan
-
Privilese Spider-Man dan Batman serta Korelasinya dengan Konsep Berbuat Baik
-
Imam Al Ghazali dan Tuduhan Soal Penyebab Kejumudan Berpikir
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Ekonomi Tumbuh, tapi Rakyat Masih Susah: Kontradiksi Pembangunan Indonesia
-
MotoGP Pakai Bahan Bakar Khusus, Apa Bedanya dengan Motor Biasa?
-
Gen Z Geser Prioritas Hidup: Menikah Muda Bukan Tujuan Utama Lagi
-
Bandros, Solusi Praktis Menamatkan Kota Bandung dalam Sehari
-
Erick Thohir Ajak Suporter Dukung Timnas Indonesia U-17 di Turnamen Piala Kemerdekaan