Larut malam telah berlalu.
Ku duduk dengan tenang bekerja entah apa yang terjadi.
Suara-suara nyanyian terdengar ceria, kerinduan menatap pada masa silam.
Keikhlasan berjuang untuk mencapai akhir pertemuan dengan simbol yang terlihat rumit.
Angka-angka dan simbol menjadi teman ngobrol malam ini.
Entah kenapa, ada pertanyaan yang mengganjal?
Aku pun tak tahu harus berkata apa.
Aku coba melirik di sekeliling.
Potret-potret yang masih terpasang rapi, akan tetapi kenapa nampak buram dan penuh dengan butiran-butiran debu.
Apakah ada batasan untuk merawatnya.
Biarlah itu terlintas hanya dari dalam.
Larut malam pun semakin menjamu.
Ku palingkan arah pada suara-suara terdengar dengan nada tersusun rapi.
Ku alihkan pandangan pada dunia berjarak dan berdekat.
Dan memulai dengan yang baru.
Aku hanya mengikuti arah fikiran malam ini.
Biarlah esok yang akan menjemput dengan penuh kebahagiaan.
Baca Juga
-
Media Sosial, Desa, dan Budaya yang Berubah
-
Media Sosial dan Dunia Anak: Antara Manfaat dan Tantangan
-
Pendidikan Etika Digital sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan
-
Pendidikan, Kunci Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045
-
9 HP Kamera 0,5 Harga 1-2 Jutaan Terbaik 2025, Foto Ramean Jadi Full Team!
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Film Rest Area yang Terlalu Ambisius dan Lupa Caranya Memikat Penonton
-
Energi dari Tribun, Semangat Suporter Ramaikan AXIS Nation Cup 2025 di Bekasi
-
Tetap Optimis! Kandang Arab Saudi Ternyata Tak Semengerikan yang Kita Bayangkan!
-
Penuh Makna dan Harapan, Film Animasi Korea Your Letter Tayang di Indonesia
-
4 Serum Vitamin C Aman untuk Ibu Hamil, Atasi Wajah Kusam dan Noda Hitam!