Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christof
Ilustri balada kupu-kupu malam (Pexels/KamajiOgino).

Kulihat Kupu Kupu Malam... Terbang meliuk di atas gelas-gelas Kopi Hitam

Lalu hinggap di bawah sorot lampu temaram

Kulihat Kupu Kupu Malam... Terbang menari di antara alunan musik berdentam

Lalu hinggap di ujung batang rokok setengah padam

Kulihat Kupu Kupu Malam... Terbang menggelinjang di  kolong-kolong warung kayu yang suram.

Lalu hinggap di jendela bilik kamar yang kusam

Kulihat Kupu Kupu malam... Terbang lincah di atas bedak tebal, gincu merah, dan cermin buram

Lalu hinggap di reotnya atap pondok lusuh remang-remang

Kulihat Kupu Kupu malam... Terbang menari di dalam birahi yang mengeram

Lalu hinggap di atas bibir merona mendesah haram

Kulihat Kupu Kupu malam... Tersingkir dari taman bunga cerah nan riang.

Dan terbuang dari hamparan kebun sari yang  cemerlang

Lalu mengepak di buasnya rimba liar yang kelam

Menahan Tangis di belantara asing  yang kejam 

Kulihat Kupu Kupu malam... Diserbu lalat-Lalat  kotor di limbah buangan yang hitam

Dihisap lintah- lintah di kubangan parit  yang legam

Dikelilingi cacing cacing lapar bermuka kasam

Lalu Menukik dalam gonggongan anjing  yang buas mengancam

Kulihat Kupu Kupu malam... Lelah mendaki bukit terjal cadas nan seram

Arungi gelap dengan seribu luka yang dalam

Kulihat Kupu Kupu malam... Senyum bersinar di balik rintihan jiwa yang mencekam

Batin tersiksa dalam gundah resah menghujam

Diguyur hujan deras dan petir menghantam

Di bawah guntur dan kencangnya angin mendekam

Kulihat Kupu Kupu malam... Kepak sayapmu kini nyaris terbenam karam

Ketika kabut malam yang pekat semakin muram

Kala suara hati makin redup hampir menghilang

Berganti embun pagi sambut mentari baru lirih menjelang

- CHRISTOF NATA 10 JULI 2021 -

Christof