Saat aku duduk di pinggir tembok tua.
Waktu sudah berada pada pertengahan malam.
Aku masih duduk di hadapan layar.
Ku coba memainkannya untuk mencari info terkini.
Di tengah keasyikan diriku sendiri.
Tiba-tiba bola lampu berhenti menyinariku.
Ruangan sudah gelap dan terdengar suara orang dari luar mengatakan kalau mati lampu.
Aku berhenti dari permainanku di hadapan layar itu.
Di tengah kegelapan malam.
Orang-orang di luar rumah masih bercerita hingga mengeras nyaring suaranya.
Saat itu jua telah menyelinap suara tangisan.
Tangisan dari kelaurga yang baru saja ditinggal oleh sang bapak.
Malam penuh misteri dan kesedihan.
Tetangga rumah baru saja bersedih lalu tiba-tiba lampu berhenti menyala.
Seakan alam tak mengikhlaskan kepergian dari tetangga samping tembok tua tempat aku duduk.
Malam makin larut, kini orang-orang menutup kesedihannya dengan cerita yang tak usai.
Mati lampu tak mampu mereda cerita orang di samping tembok tua itu.
Camba Majene, 14 Agustus 2021
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Geger Puisi 'AMUK' UAS, Kritik Keras Pemerintah: Orang Lapar, Jangan Disuruh Sabar!
-
Imajinasi Terjun Bebas Tanpa Batas dalam Buku Puisi Telepon Telepon Hallo
-
10 Kumpulan Puisi Pendek 17 Agustus: Ekspresikan Nasionalisme dengan Kata-kata Menyentuh Hati
-
Belajar Merasa Cukup dengan Apa yang Kita Punya Lewat Buku Everything You'll Ever Need
Sastra
Terkini
-
Dari Toga Romawi Sampai Baju Virtual: Perjalanan 'Fashion' dari Zaman Batu Hingga Era TikTok
-
5 Ide Terapi Seni yang Bisa Bikin Anak Jadi Lebih Kreatif Sejak Dini
-
AXIS Nation Cup 2025: Terapkan Play for Good dengan Tema Suara Para Juara
-
4 Padu Padan Knitwear ala San ATEEZ, Buat Daily Outfit Biar Makin Cool
-
Puncak TPN XII: Kolaborasi Guru Menuju Pendidikan Berdaya dan Berkelanjutan