Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Budi
Ilustrasi Wanita Bahagia dengan Dirinya Sendiri. (Pixabay)

Malam yang dingin telah menyelimutiku.
Ku duduk sembari menggoreskan pena di pojok gubuk tua.
Gelap malam menjauh dariku atas beningan bola lampu di sampingku.
Kini aku merasakan dinginnya angin malam sampai pada tulang-belulangku.

Di gubuk tua aku mampu berdamai pada diriku sendiri.
Berbahagia dan berteriak bebas pada alam naluri pikiranku.
Aku coba ungkapkan perasaan yang aku punya.
Mengabadikannya pada sajak-sajak yang akan aku susun indah dan penuh makna.

Aku masih sendiri duduk di pojok gubuk tua.
Malam ini aku tak punya kawan se-irama.
Tak memiliki cerita-cerita unik yang layak untuk dibahas dan menjadi cerita lelucon.
Aku sendiri dan berbahagia dengan diriku semata.

Malam pun makin naik dan mendekat pada penghujungnya.
Kini sesekali jua terdengar suara kodok di pinggiran sawah.
Mungkin mereka juga berpesta atas kemeriahannya.
Berbahagia dengan dirinya seperti yang aku rasakan sekarang ini.

Ya, semua berhak bahagia menurut pikiran dan perasaannya oleh semua makhluk.
Malam ini jua kawan-kawanku nampak asyik dengan dirinya.
Mereka merayakan kebahagiaannya dengan main game.
Mereka tampak cerih dan sesekali tertawa terbahak-bahak.

Itulah cara mereka yang ia juga tampakkan.
Itulah kebahagiaannya malam ini yang penuh banyak makna.
Mereka sangat bahagia, aku pun jua bahagia dengan diriku.
Rasa bahagia milik semua orang.
Bahagia itu sederhana dan setiap makhluk punya cara masing-masing untuk meraihnya.

Gubuk Marhaenis, 19 Agustus 2021

Budi