Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Thomas Utomo
Akira Muslim Watashi Wa (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Akira: Muslim Watashi Wa adalah novelet karya Helvy Tiana Rosa. Novelet ini, mulanya dimuat secara berseri di majalah Ishlah tahun 1993. Helvy sendiri menulis novelet ini dengan nama samaran Al Hamasah.

Barulah ketika booming fiksi islami yang dimotori majalah Annida dan Forum Lingkar Pena, novelet ini diterbitkan dalam bentuk buku dengan nama asli Helvy Tiana Rosa tertera di sampul depan.

Akira: Muslim Watashi Wa menceritakan kehidupan pemuda asal Jepang yang menempuh pendidikan strata satu di Universitas Indonesia. Di tempat kuliah tersebut, Akira terkesan dengan pemuda-pemuda rohis kampus. Melalui serangkaian dialog dan diskusi, akhirnya, Akira mantap memeluk agama Islam.

Sekembali ke Negeri Sakura, tantangan demi tantangan dia hadapi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dimulai dari keluarga inti yang menganggap ritual ibadah Akira aneh dan merepotkan, hingga halang rintang dari masyarakat sekitar. 

Akira juga mendapatkan cobaan dari teman-teman muslim penganut liberalisasi agama; mereka menganggap semua agama sama baiknya, sama-sama menuju jalan keselamatan.

Akira tidak sepaham dengan konsep tersebut. Dan untuk menambah tempaan pribadi, Akira juga terlibat dalam kasus Megumi, gadis yang diburu-buru keluarganya lantaran beralih keyakinan.

Akibat persoalan tersebut, berulang kali, Akira mendapat ancaman pembunuhan. Rumah yang dia fungsikan sebagai tempat diskusi dan tempat ibadah pun tidak luput dari perusakan.

Secara umum, novelet ini menuturkan kisah perjuangan muslim di belahan dunia selain Indonesia. Dan topik ini, memang kerap diangkat Helvy Tiana Rosa, dulu (simak cerpen-cerpen Helvy ber-setting negara manca, seperti Palestina, Rwanda, Chechnya, Serbia, dan sebagainya).

Novel ini juga menyoroti isu ghazwul fikr atau pertarungan pemikiran. Dalam hal ini, pertarungan pemikiran liberal dengan pemikiran Islam murni.

Tak ketinggalan, novelet islami ini juga memyoroti sejumlah ritual tradisional yang cenderung merusak, baik dari segi keyakinan, pemahaman, maupun mental. 

Jika dilihat dari konteks perkembangan dakwah Islam di kalangan remaja tahun 1990-an, sesuai masa penulisan cerita, novelet Akira Muslim Watashi Wa sangat tepat menggambarkan dinamika tersebut. Namun, dicermati dari kacamata zaman sekarang, tampaknya novelet ini, jika diterbitkan ulang, akan sangat segmented. Pangsa pasarnya terbatas akibat dinamika dakwah Islam yang, mau diakui atau tidak, mengotak-otakkan kaum muslim dalam sekat identitas yang 'berbeda'. Allahu a'lam. 

Thomas Utomo