Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku "Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur’an".[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Membekali diri dengan banyak membaca beragam jenis buku, akan mengantarkan kita pada kebijaksanaan dalam menyikapi hidup yang penuh warna dan suka-duka. Membaca buku, juga menjadi sarana bagi setiap orang untuk terus mendalami ilmu pengetahuan. Bukankah kita diajarkan untuk menimba ilmu, sejak kecil hingga kelak bersua ajal?

Salah satu buku berisi ilmu pengetahuan yang akan menambah wawasan kita misalnya berjudul Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur’an, karya Prof. Mutawally Sya’rawi. Salah satu kisah dalam buku tersebut yang menarik disimak berjudul Semut dan Nabi Sulaiman ‘alaihis-salaam. Berikut ini kisahnya:

Allah mengajarkan kepada Nabi Sulaiman bagaimana cara berbicara dengan burung, dan Allah memberinya segala sesuatu baik yang berupa ilmu, kerajaan, kenabian, dan dia dapat memerintah jin dan angin. Dia punya cerita sendiri dengan semut yang disebutkan dalam Al-Qur’an: 

“Hingga apabila sampai di lembah semut berkatalah Raja semut: Hai semut-semut masuklah ke sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari” (Qs. An-Nahl (27): 18).

Ini menandakan bahwasanya Nabi Sulaiman dan tentaranya datang ke lembah ini dari atas gunung. Atau boleh jadi artinya mereka memenuhi lembah ini, semua penafsiran ini boleh-boleh saja. 

Ketika Sulaiman melewati lembah tersebut, ia mendengar peringatan seekor semut kepada teman-temannya yang menyuruh agar mereka masuk ke tempat persembunyian mereka, karena takut jikalau Sulaiman dan pasukannya menginjak mereka sedang mereka tidak menyadarinya. 

Perlu diketahui bersama, Nabi Sulaiman adalah Nabi yang dikaruniai oleh Allah bisa memahami bahasa semut.  Jadi, Nabi Sulaiman mampu mendengar perkataan semut sebelum beliau sampai di lembah semut. Bagaimana ini bisa terjadi? Sebagian ulama berkata bahwa anginlah yang membawa suara semut itu kepada Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman tertawa disebabkan banyak hal. Pertama, karena beliau mendengar semut tersebut dari kejauhan. Atau karena semut telah melihatnya dan mengetahui bahwa ia adalah Sulaiman sebelum Nabi Sulaiman melihatnya. Juga dikarenakan semut itu berkata pada kaumnya bahwa Sulaiman dan pasukannya bukanlah penindas dengan menginjak kalian. Akan tetapi karena mereka tidak melihatmu lantaran kecilnya tubuhmu, jadi semut ini telah melihat keadaan yang sebenarnya. Ia telah melihat dari jauh lalu mengeluarkan keputusan yang bijak dan adil (halaman 135).

Kisah tentang Nabi Sulaiman dan semut tersebut menyiratkan pesan berharga bagi kita, agar berusaha menyayangi makhluk Tuhan, meskipun dia adalah seekor semut, hewan yang sangat kecil dan mungkin diremehkan oleh sebagian orang.

Sam Edy Yuswanto