Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu hidup dalam kebersamaan. Antara satu sama yang lainnya akan saling membutuhkan. Tak ada seorang pun yang bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Yang kaya butuh tenaga orang miskin. Begitu pun sebaliknya.
Karena itu, kita harus bisa mengambil banyak hikmah atau pelajaran dari pergaulan atau kehidupan sehari-hari. Sehingga, dalam menjalani hidup kita bisa saling introspeksi. Sifat individualis akan hilang jika kita berusaha berbaur dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam menjalani hidup yang begitu kompleks ini, kita tentu butuh referensi atau pedoman sebagai motivasi dan inspirasi agar menjalani hidup bisa lebih bermakna dan bersemangat. Motivasi sangat dibutuhkan agar dalam bekerja atau melakukan sesuatu kita bisa mengetahui target dari apa yang kita lakukan.
Berbicara tentang kebijaksanaan hidup, kita bisa memetik pelajaran dari kitab Mahfuzhat terbitan Rene Islam (2022) ini. Dalam buku ini, pembaca bisa belajar banyak hal tentang berbagai hikmah kehidupan seperti pentingnya menuntut ilmu, menghormati guru, mengamalkan ilmu, bersikap tawadhu atau tidak sombong, dan pelajaran-pelajaran lainnya.
Dalam bab Rendah Hati, misalnya. Kita diajak untuk menyelami makna dari ketawadhuan dalam menjalani hidup. Dalam bab ini, pembaca dianjurkan untuk memiliki sikap tawadhu ketika kita dimuliakan orang lain. Karena, orang yang paling mulia adalah orang yang rendah hati.
Artinya, jangan sampai kita memiliki sikap sombong karena mendapatkan jabatan atau kedudukan di dunia. Kesombongan tidak akan berguna dan orang-orang tidak akan pernah menghargai orang-orang congkak yang senantiasa selalu membusungkan dada karena jabatan yang dimilikinya.
Jabatan bukanlah akhir segalanya. Tak selamanya jabatan itu akan dimiliki seseorang. Suatu saat, jabatan akan dicabut dan kesombongan itu tidak akan berguna ketika sebuah jabatan atau kedudukan tinggi seseorang sudah hilang (halaman 292).
Tentang motivasi menuntut ilmu dijelaskan dalam buku ini dengan begitu gamblang. Sebagai manusia yang terlahir dengan kebodohan, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu sejak buaian ibu hingga ke liang lahat. Artinya, belajar itu tidak kenal waktu. Dari kecil hingga dewasa, manusia tetap dianjurkan untuk belajar atau menuntut ilmu. Belajar tidak harus di sekolah atau forum formal. Belajar bisa di mana dan kapan saja. Asal ada waktu atau kesempatan, kita bisa belajar dari banyak hal. Bisa dari buku bacaan, majalah, bahkan dari kecanggihan teknologi.
Buku ini memuat banyak kata mutiara Islam yang bisa membangkitkan semangat menghadapi kehidupan. Agar kita bisa lebih bijaksana menjalani hidup. Pelajaran berharga dalam buku yang biasa diajarkan di pesantren dan madrasah ini bisa menjadi pedoman menjalani hidup yang penuh dengan ujian dan cobaan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Ulasan Buku Perkabungan untuk Cinta, Ungkap Perasaan Duka Saat Ditinggalkan
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?