Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku Meretas Badai, Lebih Sehat Jika Menulis.[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Betapa beruntungnya orang-orang yang memiliki fisik sempurna serta dikaruniai kesehatan. Kita tentu sepakat jika kesehatan adalah sesuatu yang sangat mahal harganya. Tanpa kesehatan, tentu kita akan mengalami kesulitan dalam menjalani berbagai aktivitas.

Banyak-banyaklah bersyukur ketika saat ini kita dalam kondisi segar bugar tak kurang suatu apa. Bersyukurlah meski harta yang kita miliki pas-pasan atau bahkan kurang. Karena yang namanya rezeki itu tak melulu berupa harta benda. Kesehatan adalah termasuk rezeki yang sangat mahal harganya. Lebih mahal dari harta setinggi gunung sekali pun. 

Betapa banyak orang yang berobat ke sana-kemari, menghabiskan biaya yang tak sedikit, tapi penyakitnya belum kunjung sembuh? Karenanya, bersyukurlah selalu atas nikmat kesehatan yang kita miliki saat ini. 

Bicara tentang penyakit, kita perlu belajar banyak hal dari mereka: orang-orang yang tetap semangat dan pantang menyerah menjalani hidup meski sedang didera berbagai macam penyakit. 

Buku Meretas Badai, Lebih Sehat Jika Menulis karya Ratna Dewi Pudiastuti ini merangkum kisah orang-orang yang menderita beragam penyakit tapi mereka tetap berusaha semangat menjalani hari-harinya. Bahkan mereka tetap berusaha melakukan aktivitas bermanfaat, seperti menulis. Ya menjadi seorang penulis menjadi salah satu hal yang menghibur dan bermanfaat bagi mereka.

Salah satu penulis yang dikisahkan dalam buku ini adalah Agustini Suciningtias. Perempuan kelahiran Majalengka  6 Agustus 1980 ini memulai dunia kepenulisannya ketika divonis mengidap penyakit lupus tahun 2001. Karena digerogoti oleh penyakit lupus, maka kuliahnya pun terputus di tengah jalan. Tapi, dengan kemauan kuat dan pantang menyerah, ia terus berkarya.

“Tawa Kecil sang Bidadari” adalah kumpulan cerpen karya Agustini Suciningtias yang bercerita tentang kehidupan remaja  masa sekolah dengan segala problematikanya di sebuah kota kecil Majalengka Bandung. Buku itu berisi berbagai macam intrik dalam cerita, kelucuan, keceriaan, cinta, dan tangis yang ada di kehidupan kita saat remaja.

Sosok inspiratif lainnya yang dikisahkan dalam buku ini adalah Nurul F. Huda. Ia menderita sakit jantung sejak kecil, dioperasi, dan diganti katup bilik kirinya dengan katup metal dan tiap hari harus minum obat. Tapi, ia tak menghiraukan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Meskipun nyeri di dada kiri yang menembus punggungnya seperti tersayat-sayat, dia tetap memberi motivasi untuk menulis.

Nurul merupakan sosok yang tegar. Semangatnya tinggi, ide-idenya sangat cemerlang, dan ia merupakan penulis yang sangat produktif. Buku-buku hasil karyanya antara lain: Dua Lelaki Pilihan, Menjemput Bidadari, Pipit Tak Selamanya Luka, Pangeran Impian, Proses Kreatif Penulis Hebat, dan masih banyak yang lainnya.

Kisah para pengidap penyakit yang tetap berusaha menulis dalam buku terbitan Elex Media Komputindo (2015) ini sangat layak dijadikan sebagai bacaan penggugah jiwa bagi kita semua. Selain itu dalam buku ini juga dibeberkan tentang syarat menjadi penulis, manfaat menulis, tujuan menulis, dan lain-lain. Selamat membaca.

Sam Edy Yuswanto