Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Buku Tangan untuk Utik.[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Memiliki sahabat yang baik adalah sebuah anugerah yang indah. Bersama sahabat, kita bisa berbagi tentang banyak hal; kesedihan dan kebahagiaan. Bersama sahabat, kita akan melewati banyak hal, pahit dan manis, suka dan duka, bahagia dan sedih. 

Bicara tentang persahabatan, ada sebuah kisah menarik bertemakan persahabatan dalam buku Tangan untuk Utik karya Bamby Cahyadi. Buku ini berisi kumpulan cerpen beraneka tema yang bisa menjadi teman duduk yang tak hanya menghibur tapi juga menyelipkan pesan berharga bagi para pembaca. 

Tangan untuk Utik adalah salah satu cerpen yang bisa disimak dalam buku terbitan Koekoesan 2009 ini. Bercerita tentang persahabatan antara dua bocah; lelaki dan perempuan yang terasa mengharukan tapi indah. Adalah Din, panggilan bocah lelaki yang selalu berupaya menghibur Utik, sahabat perempuannya yang terlahir tanpa memiliki kedua tangan. 

Selain terlahir tidak sempurna, Utik juga ditelantarkan oleh orangtuanya. Mungkin orangtuanya merasa malu memiliki anak cacat sehingga memutuskan untuk membuangnya di trotoar. Bayi bernasib malang itu hanya dibungkus kain sarung.

Utik akhirnya ditemukan oleh Ibu Irah yang kemudian merawatnya dengan sepenuh hati dan sepenuh cinta. Bu Irah hanyalah rakyat biasa, bukan keturunan bangsawan juga bukan dermawan. Profesinya adalah pedagang pecel yang membuka warung sederhana di dekat rumah Din. 

Din begitu mengasihi Utik, sampai-sampai ia berimajinasi ingin memberikan sebelah tangannya untuk sahabatnya. Berikut ini saya kutip sebagian paragraf cerpennya:

Ingin sekali aku memberikan sepotong tangan ini pada Utik. Mungkin aku telah jatuh kasihan melihat Utik, gadis kecil yang cacat, dan belum genap lima tahun itu. Utik terlahir tanpa dua tangan. Utik yatim piatu, bukan karena kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Orangtuanya mungkin masih hidup, tapi entah di mana. Mungkin mereka sengaja meninggalkan Utik begitu saja di pinggir jalan setelah mengetahui anak mereka terlahir cacat.

Persahabatan Din dan Utik terjalin cukup erat sampai akhirnya mereka harus berpisah karena situasi dan kondisi. Tepatnya ketika ayah Din pindah tugas kerja dan membuat Din harus pindah rumah dan hidup berjauhan dengan Utik. Dan setelah 25 tahun berlalu, Din ingin kembali berkunjung ke tempat tinggalnya dulu. Ia ingin sekali berjumpa dengan sahabat masa kecilnya. Ia ingin memberi sebuah hadiah, berupa sepasang tangan, bukan tangan asli, tetapi tangan buatan atau tangan palsu untuknya.

Sebuah kejutan ketika Din akhirnya bisa kembali bertemu dengan Utik. Ternyata Utik telah memiliki anak kembar, laki-laki dan perempuan, yang lucu-lucu.

Kisah persahabatan antara Din dan Utik terasa begitu mengharukan dan berakhir indah. Dari kisah tersebut pembaca bisa belajar tentang arti persahabatan sejati. Semoga ulasan ini bermanfaat.

Sam Edy Yuswanto