Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy
Ilustrasi Buku Ibuku Berbeda. (Dokumen Pribadi/ Sam Edy)

Ibu adalah sosok perempuan yang harus selalu kita hormati dan muliakan. Jasa seorang ibu sangatlah besar dalam hidup ini. Ibu adalah sosok yang telah mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik kita dengan susah payah hingga besar. Maka, jangan sampai kita mendurhakainya.

Mengasihi dan menyayangi orangtua kita adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar-tawar. Terlebih sosok ibu. Meski ada sebagian anak yang mungkin merasa ibunya terlalu keras dalam mendidiknya. Namun percayalah, biasanya itu semua adalah untuk kebaikan anak di masa depan.

Kita bisa membaca deretan kisah yang bertemakan tentang ibu yang sarat renungan dalam buku berjudul “Ibuku Berbeda” yang diterbitkan oleh penerbit dee TEENS (2013). Buku yang ditulis oleh para penulis dengan latar belakang beragam yang tergabung dalam grup DIVAmate. 

Jadi DIVAmate adalah sebutan bagi orang-orang yang hanya sebagian kecilnya yang pernah berjumpa langsung, yang cinta dunia literasi bersama @divapress01 @de-teens, dengan dinakhodai oleh @edi_akhiles. Anggotanya ribuan banyak, pastinya. Dari Sabang sampai Merauke, dari dalam dan luar negeri. 

Salah satu kisah yang menarik disimak berjudul ‘My Mom, My Best Guardian’ yang ditulis oleh @TapiNSL. Dikisahkan seorang gadis remaja bernama Reka yang merasa kesal karena dilarang pacaran sama ibunya. Selama masih sekolah, ibunya melarangnya pacaran. Reka merasa iri dengan teman-temannya yang sudah memiliki pacar.

Hingga suatu saat, Reka disadarkan oleh realitas. Tepatnya ketika teman-temannya yang punya pacar curhat tentang pacar-pacar mereka. Ada yang karena asyik pacaran, lalu membuat nilai ulangan fisikanya hancur. Ada juga yang pacarnya selingkuh. Intinya, mereka yang semula sibuk pamer kisah romantis, tiba-tiba malah saling mengumbar kisah galau.

Reka pun tersadar bahwa peraturan tentang larangan berpacaran yang dibuat oleh ibu itu ternyata sangat tepat. Terlebih saat Reka menyaksikan betapa berat perjuangan ibunya yang tengah mengurusi ayah yang tengah terbaring lemah, sementara ibu tetap berusaha menjalankan tugas sebagai seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya.

Kisah tentang ibu lainnya yang bisa direnungi hikmahnya dalam buku ini berjudul ‘Karena Rahimnya’. Ditulis oleh @unidzalika. Dikisahkan, seorang ibu paruh baya tinggal sendirian di sebuah perumahan berukuran tipe 36. Dia tinggal sendirian. Ibunya meninggal saat beliau baru menikah, suaminya meninggal tahun 2000, ayahnya meninggal tak lama kemudian. Lalu dua anaknya menikah dan pisah rumah dengannya. 

Ibu itu pun akhirnya hidup seorang diri. Selalu sendiri tapi tak pernah merasa kesepian. Karena sendiri dan sepi, adalah dua hal yang berbeda. Rumah ibu itu selalu ramai pengunjung dan rezeki selalu berlimpah. Bukan karena orang iba padanya, tapi karena rumah tersebut teduh dan semua orang nyaman menyampaikan keluh kesahnya pada ibu itu.

Beliau senang sekali memasak kemudian membagikannya kepada para tetangga. Beliau tak pernah mengeluh, menangis, tidak pernah membentak, tidak marah, atau mungkin tidak pernah menampakkannya.

Terbitnya buku yang mengisahkan tentang sosok ibu dalam buku ini layak dibaca oleh siapa saja, khususnya para remaja, agar sejak dini berusaha menghormati dan memuliakan orangtuanya. 

Sam Edy