Salah satu tanda orang yang beruntung adalah bila hari-harinya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Bermanfaat di sini tentu tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri atau keluarga kita saja. Namun mencakup kemanfaatan yang lebih luas, yakni bermanfaat bagi sesama manusia, bahkan bagi seluruh penduduk bumi ini.
Sementara itu, tanda orang yang merugi alias tidak beruntung dapat kita lihat dari aktivitas kesehariannya yang tidak ada manfaatnya, bahkan merugikan orang-orang di sekitar dan lingkungannya. Menipu dan menyakiti sesama misalnya. Buang sampah sembarangan juga termasuk perilaku yang merugikan lingkungan dan para manusia.
Kita bisa merenungi sebuah hadis riwayat Qadha’i. Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Hadis ini mengajak kita untuk senantiasa bermanfaat bagin sesama manusia. Terutama bagi orang-orang yang benar-benar memerlukan bantuan kita (hlm. 14).
Saya sangat setuju dengan kata Yanuar Arifin dalam buku ini, bahwa menjadi manfaat bagi sesama manusia sesungguhnya merupakan jalan yang paling cepat bagi Anda untuk memberikan makna pada kehidupan Anda yang sangat sebentar.
Yang penting untuk selalu kita renungi bahwa setiap amal kebaikan yang kita lakukan, pada hakikatnya adalah untuk kebaikan kita sendiri. Begitu juga sebaliknya, setiap kejahatan yang kita lakukan pada orang lain, sejatinya adalah kita sedang berbuat jahat kepada diri sendiri.
Sesungguhnya, pahala kebaikan itu untuk diri kita, bukan untuk orang lain. Sebaliknya, apabila kita berbuat jahat dengan menimbulkan kerusakan, maka kejahatan itu niscaya akan kembali kepada diri kita sebagai wujud balasan dari-Nya (hlm. 20-21).
Menjadi manusia yang bermanfaat bisa dimulai dari orang-orang terdekat kita. Misalnya, dari anggota keluarga kita sendiri seperti orangtua, kakak, dan adik. Baru kemudian kepada orang lain seperti teman, sahabat, tetangga, dan seterusnya.
Namun saya rasa, alangkah lebih baiknya lagi bila kita tidak pandang bulu dalam menebar kemanfaatan. Entah itu saudara kita atau bukan, ketika seseorang sedang butuh bantuan kita, mestinya kita berusaha untuk memberikan bantuan kepadanya.
Buku berjudul ‘Kun Nafi’an’ (Saufa, 2017) karya Yanuar Arifin ini sangat cocok dijadikan sebagai salah satu bacaan penyemangat bagi Anda yang ingin menjadi manusia beruntung di dunia dan akhirat. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
Ulasan
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
Terkini
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin