Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah salah satu novel populer yang ditulis oleh Tere Liye. Bermula dari kisah seorang gadis cilik yang bernama Tania.
Untuk menyambung hidup, Tania dan adiknya memutuskan untuk menjadi pengamen. Pada suatu hari ia mengamen di dalam bus lalu kakinya ternyata terluka. Saat itulah ia ditolong oleh pemuda yang bernama Danar.
Danar pun mengetahui bahwa kehidupan Tania begitu memprihatinkan. Ia yang putus sekolah memilih untuk membantu ibunya yang janda untuk mencari nafkah.
Dengan kebaikan hatinya, Danar pun membantu keluarga Tania hingga ia bisa kembali bersekolah dan tidak lagi tinggal di rumah kardusnya yang reyot.
Seiring berjalannya waktu, Tania yang awalnya dianggap adik oleh Danar perlahan-lahan mulai memiliki perasaan simpati pada pemuda tersebut.
Ia tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, dan juga prestasinya di sekolah membuatnya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi di Singapura.
Setelah Tania menjadi gadis dewasa dengan karier yang cemerlang, ia merasa pantas untuk confess perasaannya ke Danang.
Namun sebelum menyatakannya, ternyata ia harus kecewa karena Danar yang selama ini dia sukai hanya menganggapnya sebagai adik, dan sebentar lagi Danar akan menikah dengan gadis pilihannya.
Singkat cerita, Danar pun menikah namun tidak bahagia dengan pernikahannya. Sementara Tania memilih untuk tetap tinggal di Singapura dan berjuang untuk move on meskipun sangat sulit karena ia telah menyimpan perasaannya selama bertahun-tahun.
Secara umum, novel ini menceritakan kisah tentang kasih yang tak sampai antara Tania dan Danar, karena diketahui bahwa Danar pun sebenarnya memiliki perasaan yang sama dengan Tania.
Namun ia berpikir bahwa perasaan itu tak pantas untuknya. Sejak dahulu, Danar menganggap Tania sudah seperti adik kandungnya sendiri.
Di dalam kehidupan, kita juga sering menemui kisah cinta yang pada akhirnya tidak akan pernah bersatu. Novel ini mengajarkan tentang arti mencintai yang sebenarnya. Bahwa ada perasaan yang cukup kita simpan sebagai pelajaran.
Jangan pernah membenci dan menyalahkan takdir yang sudah terjadi. Sebagaimana daun yang jatuh yang tak pernah membenci angin.
Biarkanlah perasaan cinta itu tetap ada, walau pada akhirnya kenyataan tidak membiarkannya berakhir bersama. Seberapa kuat pun manusia menginginkan sesuatu, jika memang bukan takdirnya, tidak akan pernah bisa memiliki.
Oleh karena itu, jadilah seperti daun. Yang membiarkan dirinya jatuh begitu saja, tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Perempuan Kertas, Kiat Menghindari Pacaran yang Kebablasan
-
Ketika Hustle Culture Jadi Standar Nilai Diri: Salahkah Jika Diam Sejenak?
-
Buku Berdamai dengan Diri Sendiri: Perempuan dengan Segala Problematikanya
-
Ulasan Buku Growing Pains, Menjalani Hidup Sebagai Orang Tua Tunggal
-
Scrolling Medsos Bikin Brain Rot: Buku Hadir Sebagai Pengalih yang Sehat
Artikel Terkait
-
Review Buku Kitchen, Karya Yoshimoto Banana tentang Duka yang Terpendam
-
Ulasan Novel Tiga: Cinta Segitiga yang Kusut di Antara Tiga Sahabat
-
Review Buku After Dark, Karya Haruki Murakami yang Angkat Realisme Magis
-
Ulasan Buku Pretty Girls, Kasus Hilangnya Seorang Gadis Selama Dua Dekade
-
Eks Penyidik KPK Desak Firli Bahuri Segera Ditangkap
Ulasan
-
Ulasan Buku Perempuan Kertas, Kiat Menghindari Pacaran yang Kebablasan
-
Ulasan Buku Seni & Teknik Berbicara: Komunikasi Itu Ada Seninya!
-
Review Film Seribu Bayang Purnama: Membumi, Menyentuh, dan Menginspirasi
-
Potret Pria 50-an dalam Novel Tube: Menjadi Baik Tak Berarti Berubah Total
-
Bukan Overthinking Biasa, Ini Makna Lagu Insomnia oleh Craig David
Terkini
-
Semen Padang FC Maksimalkan Waktu, Dua Uji Coba Internasional Sudah Menanti
-
5 Sheet Mask Berbahan Utama Rose Extract yang Ampuh Cerahkan Kulit
-
PT LIB Lakukan Rebranding, BRI Liga 1 Ubah Nama Jadi BRI Super League!
-
Ikat Kontrak dengan Persija, Jordi Amat Bersiap Akhiri Karier Profesional di Negara Leluhur?
-
Gaya Basic Anti-Gagal, 4 Clean Casual Ala Choerry ARTMS yang Mudah Disontek