Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Sampul novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia)

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah salah satu novel populer yang ditulis oleh Tere Liye. Bermula dari kisah seorang gadis cilik yang bernama Tania.

Untuk menyambung hidup, Tania dan adiknya memutuskan untuk menjadi pengamen. Pada suatu hari ia mengamen di dalam bus lalu kakinya ternyata terluka. Saat itulah ia ditolong oleh pemuda yang bernama Danar. 

Danar pun mengetahui bahwa kehidupan Tania begitu memprihatinkan. Ia yang putus sekolah memilih untuk membantu ibunya yang janda untuk mencari nafkah. 

Dengan kebaikan hatinya, Danar pun membantu keluarga Tania hingga ia bisa kembali bersekolah dan tidak lagi tinggal di rumah kardusnya yang reyot.  

Seiring berjalannya waktu, Tania yang awalnya dianggap adik oleh Danar perlahan-lahan mulai memiliki perasaan simpati pada pemuda tersebut.

Ia tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, dan juga prestasinya di sekolah membuatnya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi di Singapura. 

Setelah Tania menjadi gadis dewasa dengan karier yang cemerlang, ia merasa pantas untuk confess perasaannya ke Danang.

Namun sebelum menyatakannya, ternyata ia harus kecewa karena Danar yang selama ini dia sukai hanya menganggapnya sebagai adik, dan sebentar lagi Danar akan menikah dengan gadis pilihannya. 

Singkat cerita, Danar pun menikah namun tidak bahagia dengan pernikahannya. Sementara Tania memilih untuk tetap tinggal di Singapura dan berjuang untuk move on meskipun sangat sulit karena ia telah menyimpan perasaannya selama bertahun-tahun. 

Secara umum, novel ini menceritakan kisah tentang kasih yang tak sampai antara Tania dan Danar, karena diketahui bahwa Danar pun sebenarnya memiliki perasaan yang sama dengan Tania.

Namun ia berpikir bahwa perasaan itu tak pantas untuknya. Sejak dahulu, Danar menganggap Tania sudah seperti adik kandungnya sendiri.  

Di dalam kehidupan, kita juga sering menemui kisah cinta yang pada akhirnya tidak akan pernah bersatu. Novel ini mengajarkan tentang arti mencintai yang sebenarnya. Bahwa ada perasaan yang cukup kita simpan sebagai pelajaran.

Jangan pernah membenci dan menyalahkan takdir yang sudah terjadi. Sebagaimana daun yang jatuh yang tak pernah membenci angin. 

Biarkanlah perasaan cinta itu tetap ada, walau pada akhirnya kenyataan tidak membiarkannya berakhir bersama. Seberapa kuat pun manusia menginginkan sesuatu, jika memang bukan takdirnya, tidak akan pernah bisa memiliki. 

Oleh karena itu, jadilah seperti daun. Yang membiarkan dirinya jatuh begitu saja, tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.

Akramunnisa Amir