Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rie Kusuma
Ilustrasi novel Mata dan Manusia Laut (Gramedia)

Okky Madasari, seorang penulis yang dikenal dengan karya-karya yang menyuarakan kritik sosial. Mata dan Manusia Laut merupakan buku ketiga dari serial novel anak-anak yang ditulisnya, setelah Mata di Tanah Melus (2018) dan Mata dan Rahasia Pulau Gapi (2018).

Berikut adalah ulasan saya mengenai buku Mata dan Manusia Laut yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2019).

Bambulo, bocah sepuluh tahun yang dijuluki Manusia Ikan karena kemampuannya menyelam hingga kedalaman seratus meter, suatu hari datang ke daratan untuk menonton Karia.

Karia adalah pesta besar yang diadakan setahun sekali di lapangan Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Akan ada upacara untuk merayakan peralihan kehidupan dari anak-anak ke remaja, dari remaja ke dewasa, dari lajang ke menikah, dari muda ke lanjut usia. (hlm 48)

Matara atau Mata datang ke Kaledupa bersama mamanya yang ingin menuliskan kisah tentang manusia-manusia ikan. Mereka juga berada di lapangan Kaledupa tempat Karia berlangsung, yang mempertemukan Mata dengan Bambulo.

Bambulo lalu mengajak Mata ke Kampung Sama, tempat tinggalnya. Tak hanya itu, Bambulo juga mengajak Mata ke atol, karang melingkar di tengah laut tempat ikan-ikan tinggal dan menjadi sumber rezeki warga Kampung Sama.

Bambulo lupa, saat itu malam bulan purnama, waktu terlarang menangkap ikan karena itu saat ikan-ikan mengerami telur mereka. Dan Bambulo sudah menombak ikan kakatua di atol tersebut.

Terjadilah apa yang kemudian dikhawatirkan Bambulo. Dewa Laut murka. Lautan menerjang, menghempas, menyeret Bambulo dan Mata ke dasar samudra hingga mereka tiba di dataran luas dalam lautan. Anehnya, mereka berdua bisa bernapas dan  berbicara di dalam air.

Di dataran luas itu, Matara kemudian dililit seekor gurita raksasa yang mengejar mereka, sementara Bambulo berhasil bersembunyi di celah karang yang terhubung dengan sebuah terowongan. Di situlah Bambulo bertemu Sam, seseorang yang berasal dari Masalembo.

Masalembo adalah sebuah wilayah laut yang tak boleh dilewati saat berlayar. Sebuah wilayah berbentuk segitiga yang akan menelan semua kapal saat melewatinya. (hlm 139)

Cerita selanjutnya bergulir ke penyelamatan Matara. Orang-orang yang Bambulo temui di Masalembo, membantunya untuk mencari Matara dan menyelamatkan gadis kecil itu dari cengkeraman gurita raksasa. 

Setelah berhasil keluar dari Masalembo, Matara dan Bambulo yang terapung-apung diselamatkan awak kapal besar yang membawa mereka ke Mola.

Mola adalah kampung orang Bajo yang terletak di Pulau Wanci, pusat kabupaten, tempat bandara berada, pulau yang dsinggahi Matara sebelum menyeberang ke Kaledupa. (hlm 206)

Kisah petualangan Matara dan Bambulo sangat menarik karena diselipkan pula dengan sejarah terbakarnya kapal Tampomas. Juga kemunculan Kapten Jack yang mengincar harta karun di sebuah kapal, mengingatkan saya pada Jack Sparrow. Belum lagi kehadiran Roro, penghuni laut kesayangan Dewa Laut.

Petualangan Mata dan Bambulo masih berlanjut, ketika patroli polisi menemukan bahan baku pembuat bom ikan dalam kapal yang mereka tumpangi.

Lalu bagaimanakah akhir kisah mereka? Kalian akan mengetahuinya dengan membaca novel bagus ini. Dijamin tak akan mengecewakan.

Rie Kusuma