Kill or Love mungkin bukan salah satu novel favorit saya tapi saya tetap bisa menikmati alur yang disajikan Yamashita Izumi selaku penulis. Hal ini karena Izumi lagi-lagi membawa idenya yang out of the box.
Kill or Love bercerita tentang Damar yang memiliki masa lalu kelam hingga membuatnya menjadi pembunuh bayaran. Namun dalam perjalanannya, ia jatuh cinta dengan sang target dan masalah pun muncul.
Sama seperti novel Izumi yang lain, membaca Kill or Love membuat saya seperti melihat adegan dalam film-film, seru sekali. Novel bergenre misteri terbitan Lintang Semesta Publisher 2022 ini membuat saya penasaran hingga ingin terus membaca bab demi babnya.
Perpaduan romansa yang diselipkan dalam Kill or Love juga membuat novel ini menjadi semakin cantik.
Meski begitu, saya merasa ada plot hole besar di bagian awal novel ini. Di bab pertama diceritakan Darma mendadak kehilangan kedua orang tuanya di depan matanya sendiri karena terbunuh.
Sebagai orang dewasa, sebagian besar orang mungkin akan merasa kaget sekaligus sedih yang luar biasa bila mengalami hal ini. Terlebih orang tuanya meninggal dengan cara dibunuh menggunakan pistol oleh orang misterius yang saat itu juga mengintaimu.
Dalam kehidupan nyata, mungkin kita bisa melihat bagaimana anak-anak Palestina yang diliputi trauma karena mendengar suara pistol kemudian orang terdekatnya pergi untuk selamanya.
Namun dalam novel ini, Darma tidak digambarkan memiliki trauma dan ketakutan. Jikalau ada, mungkin terlalu minim untuk bocah seusianya. Masalah yang dihadapinya juga seolah selesai saat ia diadopsi oleh orang tua Ririn, sahabat orang tuanya yang mana Ririn juga teman bermainnya.
Perpindahan adegannya terasa terlalu cepat. Perasaan Darma yang terkoyak belum digambarkan sepenuhnya tapi penulis sudah membawa alur maju beberapa tahun kemudian saat Darma dan Ririn remaja. Di waktu ini pun tidak ada tanda-tanda trauma dalam diri Darma dan penulis lebih menonjolkan romansa di antara Darma dan Ririn yang saat itu berstatus saudara angkat.
Sehingga semuanya terasa begitu tiba-tiba. Namun saya memutuskan untuk terus membaca. Di pertengahan hingga akhir, saya merasa novel ini memiliki tempo alur yang lebih baik. Susunan kalimatnya juga lebih enak dibaca. Sehingga saya semakin bisa menghayati gerombolan pembunuhan bayaran yang sedang dikisahkan.
Novel ini memiliki layout yang menarik sehingga membuat saya juga nyaman. Tertarik juga untuk mengikuti kemisteriusan Damar?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Bedah Skema Judi Online di Balik Film China "No More Bets"
-
Bedah Lagu SuperM Better Days: Ada Hari Menyenangkan setelah Masa Sulit
-
Semuanya Akan Baik-baik Saja, Ini 'Obat' di Balik Lagu EXO 'Just As Usual'
-
Mengenal Fangirling Sebagai Coping Mechanism untuk Bertahan Hidup
-
Isu Diskriminatif di Balik Film Jepang 'Sweet Bean'
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel That's Not My Name: Mencari Jati Diri di Tengah Ketidakpastian
-
Review Novel 'The Grapes of Wrath': Melawan Nasib, Mencari Keadilan
-
Kritik terhadap Sistem Feodalisme, Ulasan Novel Gadis Pantai
-
Ulasan Novel Cantik Itu Luka: Menguak Luka Dibalik Kecantikan
-
Ulasan Novel Notes from Underground: Memahami Pemikiran Eksistensialis
Ulasan
-
Mengenal Puisi Sederhana Penuh Makna dalam Buku Perjamuan Khong Guan
-
Ulasan Novel Jar of Hearts: Terungkapnya Kasus Pembunuhan Setelah 15 Tahun
-
5 Film Korea 2025 Beragam Genre yang Pantang Buat Kamu Lewatkan, Ada Mickey 17
-
Review Film One to One - John and Yoko: Aktivisme, Seni, dan Politik
-
Lagu Kick Start Karya Ampers&One: Lawan Pikiran Takut dan Tak Gentar Hadapi Tantangan
Terkini
-
Semifinal AFC U-17: Saat Tim Bernapas Kuda Bertemu dengan Tim Bertenaga Badak
-
Penampilan Jang Wonyoung di Acara Pop-Up Innisfree Tarik Perhatian Netizen: Seperti Peri!
-
4 Drama Korea dengan Latar Restoran, Bikin Ngiler dan Baper Sekaligus!
-
Menangis Bukan Berarti Lemah, 5 Karakter Anime Buktikan Kekuatan Air Mata
-
Demi Piala Dunia U-17, PSSI Harus Pertimbangkan Menambah Pemain Keturunan