"Jika kau ingin mengucapkan selamat tinggal, lakukan seperti matahari tenggelam," kataku kepada diri sendiri.
Sampai ketemu besok pagi. Lagi.
Puisi-puisi yang ada dalam buku kumpulan puisi berjudul Melihat api Bekerja karya M. Aan Mansur ini penuh metafora, tapi juga berisi sesuatu yang amat terus terang hingga saya bisa merasa terhubung dengan banyak hal.
Tentang cinta, patah hati, kerinduan, kenangan masa kecil, dan hangatnya dekapan ibu. Yang baru saya ketahui ketika membaca buku ini adalah puisi yang tidak hanya bisa berbentuk larik dan bait pendek-pendek. Atau kata-kata permisalan yang dihemat seringkas mungkin agar tidak lagi dijelaskan dengan kalimat panjang.
Tetapi puisi juga bisa ditulis dalam banyak paragraf atau kata-kata yang seumpama surat. Mengabarkan banyak hal, menjelaskan banyak cerita.
Tidak semua puisi dari M. Aan Mansyur ini bisa saya pahami dengan sekali baca. Namun ada beberapa potongan bait yang rasanya menggelitik dan mungkin akan saya catat sebagai quotes favorit. Seperti baris kalimat berikut.
"Masa lalu hanya indah bagi orang-orang yang tidak menyentuhkan kakinya pada masa kini."
Kemudian ada juga pembahasan tentang jahatnya dunia maya yang kadang menjerumuskan kita untuk menyakiti diri sendiri dengan membanding-bandingkan sesuatu yang tidak ada ujungnya.
Di internet, bahkan orang yang sangat jauh dapat menyakiti kita.
Aku suka mereka menyakitiku dari kejauhan.
Aku lebih mencintai diriku dan hal-hal yang sering kuanggap rapuh.
Secara umum, saya suka puisi-puisi yang ada di dalam buku ini. Mungkin tidak untuk dibaca sekali duduk. Membacanya sesuai dengan suasana hati boleh jadi akan membuat pembaca seperti saya bisa merenungi lebih dalam terkait pergolakan hati penyair yang menuliskannya.
Selain puisi, ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan dalam buku ini semakin menambah kesan suram yang ada padanya.
Jika saat ini kamu sedang bersedih karena dikhianati, berduka atas kepergian seseorang, atau sekedar ingin meromantisasi suasana patah hatimu, buku Melihat Api Bekerja adalah kumpulan puisi yang bisa mewakili banyaknya perasaan yang mungkin sulit tersampaikan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Keajaiban Rutinitas, Bikin Hidup Terarah dengan Manajemen Waktu
-
Ulasan Buku The Comfort Book, Kiat Melalui Badai Depresi ala Matt Haig
-
Ulasan Buku The Amazing Winner, Motivasi dari Perlombaan Maraton di Hutan
-
Ulasan Buku Miaw, Bahas Ilmu Manajemen dengan Cara yang Absurd
-
Ulasan Buku Cara Kreatif Mengatasi Kejenuhan Bekerja: Solusi Ketika Burnout
Artikel Terkait
-
Keseimbangan Antara Naluri Alamiah dan Nilai Ketuhanan dalam Antologi Puisi 'Penyair Jalang'
-
Ulasan Buku Kumpulan Puisi Jingga Jenaka: Hal Sederhana yang Terlewat Saat Tumbuh Dewasa
-
Memaknai Manis dan Pahitnya Hidup dari Buku Puisi 'Surat Kopi'
-
Ulasan Buku Jangan Mati Sebelum Berguna, Perempuan dan Suara Perlawanannya
-
Ulasan Kumpulan Puisi Ada Nama yang Abadi di Hati tapi Tak Bisa Dinikahi
Ulasan
-
Review Novel Return to the Dallergut Dream Department Store: Misteri di Balik Toko Mimpi
-
Ulasan Film Jurassic World Rebirth: Visual Gila, Cerita Bikin Penasaran!
-
Alunan Piano yang Menghubungkan Rasa Cinta dalam Novel A Song For Alexa
-
Lagu No One Noticed oleh The Marias Bicara Soal Rasa Kesepian, Siapin Tisu!
-
Ulasan Novel Story of My Life: Tawa, Luka, dan Harapan di Pennsylvania
Terkini
-
Tayang 2027, Vin Diesel Ingin Paul Walker 'Muncul' di Fast and Furious 11
-
Momen Langka, Liga Indonesia All Star Diminta All Out Lawan Oxford United
-
Infinix Hot 60i Resmi Rilis, HP Rp 1 Jutaan Bawa Memori Lega dan Chipset Helio G81 Ultimate
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23